Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan impor bawang putih dan daging kerbau dinilai belum efektif dalam mengendalikan harga pangan. Inflasi harga komoditas pokok justru teredam oleh surplus pasokan beras dari petani lokal.
Ekonom Indef Rusli Abdullah mengatakan, sepanjang Januari—Juni 2019, laju inflasi pangan nasional terbilang terkendali. Namun, kondisi itu menurutnya, disebabkan oleh harga beras yang berada di level rendah karena panen raya yang terjadi pada semester I/2019.
“Kalau dibilang dari sisi importasi pangan berhasil kendalikan pasokan, harga dan inflasi, saya rasa belum tepat. Sebab pada semester I/2019 ini kita tertolong oleh harga beras yang rendah sehingga bisa mengompensasi gejolak harga di komoditas lain, terutama yang diimpor seperti bawang putih dan daging sapi atau kerbau,” katanya, Minggu (16/6).
Dia mengatakan, karut-marutnya importasi bawang putih pada semester I/2019 harus menjadi catatan. Menurutnya, keterlambatan pemerintah dalam menerbitkan rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) dan persetujuan impor harus menjadi evaluasi. Terlebih, kondisi itu terjadi ketika mendekati momentum Ramadan dan Lebaran yang menjadi periode puncak permintaan pasar.
Rusli menambahkan, dari sisi harga, gelontoran impor dan operasi pasar bawang putih terbukti belum mampu menekan harga bawang putih ke level wajarnya pada kisaran Rp35.000/kg. Hal itu tercermin dari rata-rata harga komoditas itu pada bulan ini yang masih menembus Rp41.000/kg.
Berdasarkan catatan Bisnis, pemerintah telah menerbitkan izin impor bawang putih sebanyak 256.000 ton untuk 15 importir sepanjang tahun ini sejak April 2109. Sementara itu, stok yang diklaim Kementerian Perdagangan yang tersisa di importir dari impor tahun lalu mencapai 115.776 ton.
Baca Juga
Namun, gelontoran impor bawang putih tersebut masih belum mampu menekan harga bawang putih ke level Rp35.000/kg di tingkat konsumen, sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Kemendag.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata bawang putih pada pekan kedua Juni 2019 mencapai Rp41.700/kg. Harga tersebut mengalami penurunan dari level tertingginya pada tahun ini pada pekan pertama Mei 2019 yang menembus Rp61.450/kg.
Adapun komoditas pangan lain seperti kedelai, menurutnya, belum ada tanda-tanda mengalami gejolak lantaran harga di pasar global masih rendah dan stok yang melimpah. Sementara itu, untuk komoditas jagung, setelah mengalami gejolak pada akhir 2018 hingga awal 2019, kondisinya mulai berangsur membaik dan belum ada gejolak yang berarti.