Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat pada Mei 2019 yang menjadi dasar penghitungan inflasi cenderung stagnan. Sentimen ini menambah kuat peluang the Fed untuk memangkas suku bunga.
Dikutip dari Reuters, laporan dari Departemen Tenaga Kerja pada hari Rabu (12/6/2019) malam menyebutkan, Indeks Harga konsumen hanya naik 0,1 persen pada Mei 2019. Hal ini disebabkan rebound dalam biaya makanan diimbangi oleh bensin yang lebih murah.
“Sebelumnya CPI naik 0,3 persen pada bulan April 2019,” papar laporan.
Pada Mei 2019, harga bensin turun 0,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya, setelah naik 5,7 persen pada April 2019. Harga makanan berbalik naik 0,3 persen pada Mei 2019 setelah turun 0,1 persen pada April 2019.
Dalam 12 bulan hingga Mei 2019, CPI meningkat 1,8 persen, melambat dari kenaikan 1,9 persen pada bulan April 2019. Hasil tersebut di bawah prediksi ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memerkirakan CPI akan naik 0,1 persen pada Mei 2019 dan 1,9 persen secara year on year (yoy)
Sementara itu, CPI utama naik 2,0 persen, melambat setelah naik 2,1 persen pada bulan April 2019. Lesunya CPI dapat mendorong bank sentral AS untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Pembuat kebijakan Fed dijadwalkan bertemu pada 18-19 Juni 2019. Dengan meningkatnya ketegangan perdagangan, melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan penurunan data pekerja pada Mei 2019, Fed diperkirakan bersikap dovish.
Sejumlah analis memerkirakan Fed dapat melakukan dua kali pemotongan suku bunga pada akhir 2019 .
Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan pekan lalu bahwa bank sentral memantau dengan seksama implikasi perang dagang terhadap ekonomi dan akan bertindak untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS. Namun, penurunan suku bunga tidak diharapkan terjadi pada pertemuan Rabu depan.