Bisnis.com, CHICAGO - Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah mengadakan pembicaraan dengan Mkango Resources Ltd dari Malawi dan produsen tanah jarang lainnya di seluruh dunia terkait pasokan mineral strategis tersebut di luar China.
Upaya tersebut muncul saat China mengancam akan memperketat ekspor tanah jarang yang digunakan untuk bahan peralatan militer dan elektronik berteknologi tinggi ke AS.
Meskipun cadangan tanah jarang China hanya menempati posisi ketiga di dunia, sebanyak 80 persen impor tanah jarang AS berasal dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Pasalnya, China mengendalikan hampir seluruh fasilitas pengolahan jenis mineral tersebut.
Baca Juga
"Kami mencari sumber pasokan dari luar China. Kami menginginkan keberagaman. Kami tidak ingin hanya ada satu sumber," tutur insinyur bahan baku Defense Logistics Agency (DLA) Pentagon Jason Nie seperti dikutip Reuters, Kamis (6/6/2019).
DLA yang membeli dan memasok berbagai kebutuhan Pentagon juga mengadakan pembicaraan dengan Rainbow Rare Earth Ltd dari Burundi terkait pasokan tanah jarang. AS juga memperkenalkan beberapa proyek tanah jarang di bawah pengembangan pemodal potensial. "Kita bisa membuat koneksi," katanya.
Adapun Mkango Resources tengah mengembangkan tambang dan fasilitas pengolahan tanah jarang di Malawi yang akan beroperasi beberapa tahun lagi. Sementara Rainbow Rare Earth telah beroperasi pada 2017 dan memiliki perjanjian jual beli dengan ThyssenKrupp AG.