Bisnis.com, JAKARTA—Investor minyak dan gas bumi global diproyeksi mengamati proses pengembangan proyek ultra laut dalam atau Indonesia Deepwater Development dan Blok Masela, sebagai bahan pertimbangan untuk ikut berinvestasi di Indonesia.
Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Tumbur Parlindungan mengatakan tingginya risiko bisnis di sektor hulu migas membuat investor selektif untuk masuk ke suatu negara. “Mungkin risikonya sama, tapi bagaimana kalau potensi keuntungan keekonomian di sana lebih bagus?” tuturnya dalam keterangan tertulis, Rabu (29/5/2019).
Dia optimistis dengan lancarnya diskusi Proyek IDD dan Blok Masela yang terus berjalan, akan memengaruhi kepercayaan diri investor. Apalagi dengan adanya temuan migas yang cukup signifikan, seperti Repsol mengumumkan cadangan terbukti gas bumi mencapai sekitar 2 triliun kaki kubik (TCF) di Blok Sakakemang.
“Contoh lain agar investor tertarik datang adalah dimulainya proyek-proyek besar yang sedang didiskusikan, seperti Indonesia Deepwater Development (IDD) dan Proyek LNG Abadi. Dengan begitu, investor yakin untuk melakukan eksplorasi ataupun pengembangan,” tambahnya.
Selain itu, Pemerintah juga diharapkan terus meningkatkan kualitas investasi hulu migas agar lebih banyak investor global yang datang ke Tanah Air untuk mengeksplorasi ataupun mengembangkan blok migas nasional. Apalagi berbekal pengalaman, bahwa kita pernah mampu menarik investor global, yakni era proyek LNG Bontang, Blok Rokan dan Blok Mahakam.
Kendati, investor memahami tingginya risiko bisnis di hulu migas, mereka tetap mencari tempat investasi yang memberikan potensi reward lebih besar daripada risiko bisnisnya. Inilah tantangan pemerintah meyakinkan investor migas global untuk datang menanamkan modalnya.
Baca Juga
Tumbur optimistis, masa depan industri hulu migas nasional akan cerah dengan dukungan segala pihak. Upaya memangkas kebijakan yang tidak pro-bisnis hingga melakukan promosi temuan-temuan di area migas nasional dapat menjadi jalan untuk investor masuk.
“Saya kira tidak hanya di ASEAN, di tingkat Asia pun kita masih dipandang penting untuk sektor migas. Tinggal sekarang bagaimana mengundang pemain besar datang,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher, mengungkapkan besaran nilai Komitmen Kerja Pasti (KKP) dan Komitmen Pasti yang telah dicapai dalam kontrak Kerja Sama sebesar USD 1.14 miliar untuk beberapa kegiatan eksplorasi seperti 47 studi G&G, 79 Sumur Eksplorasi, 38 Survei Seismik, dan 4 Survei lainnya selama periode 2018–2026 di 24 Wilayah Kerja.
“Kegiatan eksplorasi (khusus KKP) ini bukan saja dapat dilakukan di dalam WK, namun juga dapat dilaksanakan di open area untuk mendorong lebih banyak ditemukannya lapangan-lapangan migas baru dari hasil kegiatan eksplorasi,” ungkap Wisnu.
Saat ini, SKK Migas juga menindaklanjuti hasil penemuan lapangan migas hasil eksplorasi. Wisnu mengungkapkan, hal tersebut tercatat di dalam reserves replacement ratio yang mencapai 105% (2018) pada 45 persetujuan POD/POFD dengan jumlah cadangan sebesar 831.5 juta barel setara minyak.
“Diharapkan tahun 2019 ini dapat tercapai melebihi 100%. Sebagai catatan hingga bulan April 2019 telah disetujui 9 POD/POFD dengan cadangan sebesar 115 juta barel setara minyak,” tegasnya.
Untuk ke depannya, SKK Migas berharap pengembangan lapangan dapat lebih bergairah dengan banyaknya insentif yang ditawarkan dalam paket PSC Gross Split, mulai dari lokasi lapangan, kedalaman dan kondisi reservoir, ketersediaan infrastruktur, kandungan bahan lain, berat jenis minyak, TKDN dan lainnya.