Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masyarakat Kurang Pahami Skema Pembiayaan Perumahan

Meskipun rasio LTV telah diterapkan, masih tetap belum dapat meningkatkan penyerapan properti hunian di pasar.
Perumahan di kawasan Nanjung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat./Bisnis-Rachman
Perumahan di kawasan Nanjung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA--Berdasarkan Survei Rumah.com, komponen utama yang menjadi penghalang masyarakat untuk membeli rumah yakni down payment (DP), meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai skema pembiayaan, banyak pembeli rumah pertama masih belum memahaminya.

Menurut head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan mengatakan bahwa pemerintah telah berusaha medorong pasar properti dengan relaksasi Loan to Value (LTV) Agustus 2018 lalu.

"Dengan demikian, maka terlihat pembeli pertama dan market bawah memperoleh manfaat dari peraturan ini," ujarnya pada Bisnis Minggu (12/5/2019).

Namun, ike menuturkan bahwa meskipun rasio LTV telah diterapkan, masih tetap belum dapat meningkatkan penyerapan properti hunian di pasar.

Pasalnya, keadaan waktu yang masih belum tepat. Di akhir tahun, pasar masih mengalami libur akhir tahun, Pemilu, dan berlanjut Puasa-Ramadan di mana perhatian masyarakat secara umum tidak fokus pada properti alokasi dana pada pengeluaran konsumsi dan sikap 'wait and see'.

Maka dari itu, Ike menyarankan kepada para pengembang untuk meningkatkan sosialisasi terutama untuk pembeli rumah pertama. Terlebih berhadapan dengan sikap generasi pembeli rumah pertama saat ini yang memiliki tantangan dalam pengelolaan prioritas pengeluaran.

Ike menuturkan bahwa sosialisasi skema-skema (bunga murah, KPR dengan BPJS, dan lainnya) yang telah digencarkan perlu ditingkatkan kembali termasuk peraturannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Ini sangat membantu untuk pembeli rumah pertama," tuturnya.

Selain itu, peraturan lain yang menurut Ike perlu dipertimbangkan yakni penerapan secara luas KPR untuk pekerja non-formal yang menjadi wirausaha jual beli melalui daring yang memiliki pemasukan ekonomi yang tidak kalah besar.

Berdasarkan Data Analisis Uang Beredar Bank Indonesia pada Maret 2019, kredit konsumsi pada Maret bertumbuh 8,90 persen, tetapi melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya dengan capaian pertumbuhan 9,60 persen.

Pelambatan pertumbuhan tersebut bersumber dari pelambatan kredit kendaraan bermotor (KKB), kredit multiguna, dan kredit pemilikan rumah (KPR).

Sejalan dengan pertumbuhan total kredit, pertumbuhan kredit properti pada Maret 2019 melambat dari 17,90 persen (pada Februari) menjadi 17,10 persen didorong oleh pelambatan kredit KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA), kredit konstruksi, maupun kredit real estat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Putri Salsabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper