Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi investasi di sektor logistik pada kuartal I/2019 mayoritas berasal dari asing, pemerintah dinilai tidak bisa terus lindungi pemain lokal tetapi harus membangun daya saing.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada kuartal I/2019 menunjukkan hal tersebut. Realisasi investasi sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi yang merepresentasikan sektor logistik mencapai Rp37,3 triliun.
Dengan total kontribusi investasi penanaman modal asing (PMA) mencapai US$1,64 miliar atau setara Rp24,6 triliun. Sementara itu, realisasi investasi dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp12,7 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Ilham Masita menilai, pemerintah sudah tidak dapat melakukan proteksi terhadap pemain lokal dari membanjirnya investor atau pengusaha asing.
"Pemerintah sudah tidak bisa melakukan proteksi lagi pada bidang logistik karena terbukti proteksi membuat biaya tinggi," katanya saat Bisnis hubungi, Kamis (9/5/2019).
Melalui persaingan yang sehat, biaya tinggi dapat diturunkan dan untuk terciptanya persaingan sehat tersebut dibutuhkan kemandirian pengusaha dalam negeri.
"Untuk melindungi pemain lokal tergantung dari pemain lokal sendiri bukan dari pemerintah, pemain lokal harus berbenah diri, harus berubah bisnis modelnya untuk mengikuti perubahan bisnis digital yang lebih cepat," tambahnya.
Menurutnya, bagaimana pun investor dan pengusaha asing tetap membutuhkan pengusaha dalam negeri, pasalnya logistik tetap membutuhkan tenaga lokal yang mengerti kondisi lokal. Dia menilai seharusnya perusahaan lokal lebih unggul walaupun tidak diproteksi pemerintah.
Dia menyarankan agar pemerintah mempercepat penyelesaian standardisasi di bidang logistik agar tidak terjadi pengusaha yang mempunyai investasi besar yang menentukan standarisasi logistik dan akhirnya semua pemain logistik lokal harus ikut.
"Juga kesempatan usaha yang adil agar pemain logistik lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri," tuturnya.
Dia melihat, sektor logistik akan tetap menjadi primadona selama pemerintah tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur yang masif seperti saat ini.
Dengan infrastruktur yang baik, katanya, maka proses logistik seperti pergerakan barang akan lebih banyak dan semakin cepat, sehingga investasi di sektor ini menjadi semakin menguntungkan.
Selain infrastruktur, Zaldi menuturkan ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan investasi asing di logistik dan transportasi pada kuartal I/2019 tersebut, yakni didorong khususnya oleh on demand transport seperti Gojek Indoensia dan Grab Indonesia yang baru mendapatkant suntikan dana yang sangat besar.
"Industri pergudangan juga naik dengan masuknya pemain properti pergudangan asing ke Indonesia. Berikutnya, startup logistik juga berkembang pesat dan menjadi primadona para investor setelah investasi di sektor fintech mereda," paparnya.