Bisnis.com, JAKARTA - Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap kuat, pemerintah dan bank sentral perlu mendorong kebijakan fiskal dan moneter yang tepat sasaran.
Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengungkapkan, kebijakan tersebut dimaksudkan untuk menopang pertumbuhan setelah efek Pemilu 2019 yang mulai memudar.
"Pertumbuhan ekonomi 5 persen mungkin terlihat sehat, namun pencapaian ini relatif rendah mengingat adanya stimulus terkait Pemilu," kata Satria, Senin (06/05/2019).
Secara historis, Pemilu seharusnya berkontribusi sebesar 0,1 persen-0,2 persen terhadap pertumbuhan PDB pada akhir tahun. Awalnya, Bahana memperkirakan efek Pemilu dapat terasa pada kuartal I/2019 karena Pilpres dan Pileg 2019 jatuh pada tanggal yang sama. Apalagi dana yang dikeluarkan juga cukup besar untuk kegiatan pemilu yakni mencapai Rp33,73 triliun.
Satria menyayangkan dampak minimal bagi konsumsi rumah tangga dari Program Keluarga Harapan yang nilainya mencapai Rp38 triliun dengan alokasi tahap awal sebesar 60% dari total tersebut. Pasalnya, pertumbuhan konsumsi hanya mencapai 5,01 persen (yoy) pada kuartal I/2019. Ini adalah pertumbuhan yang paling lambat dalam empat kuartal terakhir.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. Ryan Kiryanto menuturkan, pemerintah memiliki sejumlah pekerjaan rumah agar pertumbuhan ekonomi pasca Pemilu 2019 bisa tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2019.
Baca Juga
Pertama, kontribusi konsumsi rumah tangga diharapkan tumbuh ke kisaran 5,5 persen. Kedua, pemerintah harus mendorong pertumbuhan belanja ke kisaran 8 persen. Ketiga, kontribusi pertumbuhan investasi (PMTB) harus kembali ke kisaran 10 persen, baik PMA maupun PMDN.
Keempat, pertumbuhan ekspor setidaknya harus di kisaran 3 persen. Kelima, pertumbuhan impor diharapkan turun ke kisaran minus 10 persen. "Pada kuartal II/2019 dan seterusnya harusnya pertumbuhan ekonomi atau PDB kuartalan bisa tumbuh rata-rata di kisaran 5,1 persen-5,3 persen supaya pertumbuhan PDB Indonesia bisa mencapat batas bawah 5,1 persen dan batas atas 5,2 persen," jelas Ryan.
Selain itu, dia melihat pemerintah harus jeli mendorong sektor-sektor ekonomi produktif untuk bisa tumbuh lebih kuat lagi, yaitu sektor pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan pertambangan. Kelima sektor tersebut memiliki andil besar terhadap pembentukan PDB yang kuat dengan multiplier effects yang besar.