Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2019 mencapai 5,07 persen, lebih besar dibandingkan kuartal I/2018 yang sebesar 5,06 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama pada tiga tahun terakhir ditopang oleh konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan konsumsi LNPRT terkait dengan persiapan Pemilu 2019.
BPS berharap pertumbuhan ini akan berlanjut pada kuartal II/2019 seiring dengan adanya Ramadan dan Idulfitri 2019.
"Dari sisi pengeluaran konsumsi dan belanja pemerintah masih bagus, sementara itu PMTB mengalami perlambatan. Yang patut menjadi perhatian adalah ekspor," tegas Suhariyanto, Senin (06/05/2019).
Adapun, struktur pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2019 adalah konsumsi rumah tangga 5,01 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 5,03 persen, ekspor -2,08 persen, konsumsi pemerintah 5,21 persen, konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit Rumah Tangga) 16,93 persen, dan impor -7,75 persen.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2019 ini tumbuh cukup baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94 persen. Hal ini didorong oleh membaiknya penjualan eceran yang tumbuh 8,10 persen dan 14,56 persen. Upah riil buruh tani dan buruh bangunan juga tumbuh cukup bagus. Selain itu, bansos dari pemerintah tumbuh sebesar 100,64 persen.
Baca Juga
"Ini menunjukkan daya beli masih terjaga dan hampir semua berharap ini mengalami kenaikan pada kuartal II/2019 karena ada Ramadan dan Lebaran," ujar Suhariyanto.
Adapun PMTB tumbuh melambat 5,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,94 persen. Ini dipicu oleh melambatnya PMTB mesin dan perlengkapan yang menjadi 8,40 persen dari sebelumnya 23,73 persen pada kuartal I/2018.
Sedangkan LNPRT tumbuh cukup tinggi seiring dengan adanya belanja kampanye untuk persiapan Pemilu 2019. LNPRT tumbuh 16,93 persen pada kuartal I/2019, lebih tinggi jika dibandingkan 8,10 persen pada kuartal I/2018.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik menunjukkan ekspor mengalami kontraksi sebesar 2,08 persen pada kuartal I/2019 dibandingkan 5,94 persen pada kuartal I/2018. Perlambatan ini disebabkan oleh kontraksi ekspor jasa sebesar -5,25 persen dibandingkan kuartal I/2018 yang mencapai 6,69 persen.
Ekspor barang juga tercatat mengalami mengalami kontraksi sebesar -1,70 persen pada kuartal I/2019, dibandingkan 5,85 persen pada kuartal I/2018. Salah satu ekspor yang turun adalah ekspor barang migas yang terkontraksi sebesar 9,42 persen pada kuartal I/2019.
"Secara lapangan usaha, struktur perekonomian Indonesia tidak banyak berubah masih didominasi industri, perdagangan dan pertanian," kata Suhariyanto.
Dari sektor industri pengolahan, industri tekstil pakaian jadi tumbuh cukup kuat sebesar 18,98 persen pada kuartal I/2019 dibandingkan 7,46 persen pada periode yang sama tahun lalu. Sayangnya, industri batu bara dan pengilangan migas mengalami kontraksi pada kuartal I/2019 sebesar -4,19 persen dibandingkan 0,66 persen pada periode yang sama.
Sementara itu, sektor pertanian mengalami perlambatan sebesar 1,15 persen pada kuartal I/2019 dibandingkan 2,63 persen pada kuartal yang sama tahun lalu. Suhariyanto menuturkan, perlambatan ini disebabkan oleh masa panen awal tahun ini yang bergeser ke April 2019.
Konsensus Ekonom
Sebelumnya, rata-rata dari konsensus sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan pertama 2019 akan mencapai 5,16 persen dan nilai tengahnya sebesar 5,18 persen.
Proyeksi tersebut masih sejalan dengan perkiraan pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Sebelumnya, Menko Perekonomian Damin Nasution memperkirakan mencapai 5,1 persen. Darmin melihat konsumsi masyarakat dan kontribusi positif sektor pertanian cukup berpengaruh besar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I /2019 akan mendekati level 5,2% atau lebih tinggi dibandingkan pada 5,06 persen pada kuartal I/2018.
Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi dalam negeri yang membaik pada periode Januari-Maret. Konsumsi yang kuat ini dipicu oleh terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat serta berlanjutnya stimulus fiskal, termasuk melalui bantuan sosial dan belanja terkait Pemilu.
Sayangnya, BI melihat investasi sedikit melambat disebabkan oleh pola musiman awal tahun.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro melihat adanya perbaikan signifikan dari belanja pemerintah pada kuartal I/2019 yang diperkirakan tumbuh hingga 6,5 persen dibandingkan 2,71 persen pada kuartal I/2018.
“Pertumbuhan ini didorong oleh persiapan pemilu 2019 dan realisasi yang lebih tinggi dari belanja subsidi dan bantuan sosial,” ungkap Andry, Kamis (02/5).