Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Turki bergerak ke arah yang berlawanan dengan harapan bank sentral yang saat ini tengah menunggu momentum tepat untuk memangkas suku bunga.
Berdasarkan survei yang dilakukan Bloomberg, seluruh ekonom mempredikasi inflasi akan melonjak lebih cepat untuk bulan kedua, menyusul perlambatan hampir 5% sejak jatuhnya nilai mata uang pada musim panas lalu.
Berdasarkan median dari 18 proyeksi, data yang akan dirilis Jumat (3/5/2019), akan menunjukkan inflasi mencapai 20,4% pada April. Kapan tepatnya pemangkasan suku bunga di Turki akan dilakukan, masih menjadi pertanyaan.
Beberapa ekonom mengatakan, kebutuhan suku bunga rendah sangat mendesak. Namun Gubernur Bank Sentral Turki Murat Cetinkaya justru memberi sinyal bahwa kemungkinan pengetatan masih ada meskipun pekan lalu terjadi perubahan kebijakan yang menghapus agenda tersebut.
Tekanan pada harga terus meningkat karena inflasi yang melonjak empat kali lebih tinggi dari target.
"Ada kemungkinan kenaikan tidak terduga untuk inflasi pada bulan April, sebagian besar didorong oleh makanan, dan ini pada akhirnya dapat menunda pelonggaran [suku bunga]," kata ekonom Deutsche Bank AG, Kubilay Ozturk, seperti dikutip melalui Bloomberg, Jumat (3/5/2019).
Baca Juga
"Inflasi yang lebih cepat dapat berdampak buruk pada penetapan harga dan pembentukan proyeksi ekonomi," tambanya.
Awal tahun ini, Cetinkaya berjanji akan menunggu pelambatan inflasi yang meyakinkan sebelum menurunkan suku bunga. Akan tetapi langkahnya terhambat oleh pelemahan lira.
Mata uang Turki tersebut adalah pemain terburuk di dunia bulan lalu, dengan kerugian 6,6% terhadap dolar.
Untuk saat ini, bank sentral menjaga proyeksi inflasi 2019 tidak berubah dan selanjutnya masing-masing sebesar 14,6% dan 8,2% pada 2020. Bank sentral telah menahan suku bunga acuan pada level 24% selama tujuh bulan.
“Jika risiko kenaikan inflasi terjadi, pengetatan tambahan mungkin akan dilakukan. Kami mempertahankan sikap kebijakan yang ketat sampai ada peningkatan yang signifikan dalam prospek inflasi," kata Cetinkaya pada Selasa (30/4/2019), di Istanbul.
Ekonom Bloomberg untuk kawasan Timur Tengah, Ziad Daoud mengatakan bahwa inflasi tahunan kemungkinan akan meningkat pada April di tengah kenaikan harga minyak dan pelemahan lira.
"Tetapi, mengingat ancaman ketidakstabilan mata uang, harga konsumen saat ini harus menjadi kepentingan sekunder bagi bank sentral untuk menetapkan suku bunga," menurut Daoud.
Pemerintah sejauh ini gagal untuk menjaga harga pangan tetap terkendali meski ada kampanye ancaman, denda, dan diskon besar-besaran.
Inflasi harga pangan melonjak mendekati 30% pada kuartal pertama, atau hampir dua kali lipat estimasi akhir tahun bank sentral.
Menurut survei ekonom Bloomberg lainnya, para pembuat kebijakan diperkirakan akan mulai pelonggaran moneter pada kuartal ketiga dan memberikan 400 basis poin pelonggaran moneter pada akhir tahun ini.
Baru-baru ini, Morgan Stanley memperkirakan serangkaian penurunan suku bunga yang akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 500 basis poin sepanjang 2019 mulai Juni.
Namun, prospek ini mungkin tidak lagi relevan jika lira terdisrupsi.
"Mengikuti volatilitas terbaru dalam lira, risikonya adalah lebih sedikit atau tidak ada pemotongan di sisa tahun ini," kata ekonom Morgan Stanley Ercan Erguzel.