Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CoLiving Mulai Jadi Kebutuhan Milenial Indonesia

Laporan terbaru Jones Lang LaSalle (JLL) perusahaan riset dan manajemen properti global menyebutkan, cepatnya proses urbanisasi telah mengubah cara berhuni dan tempat tinggal manusia.
ilustrasi penghuni coliving/istimewa
ilustrasi penghuni coliving/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Laporan terbaru Jones Lang  LaSalle (JLL) perusahaan riset dan manajemen properti global menyebutkan, cepatnya proses urbanisasi telah mengubah cara berhuni dan tempat tinggal manusia.

Penerimaan masyarakat terhadap prinsip ekonomi saling berbagai (shared economy) berhasil menjadikan sektor kehidupan sebagai pendorong pengembangan alternatif hunian seperti coliving atau berbagi ruang hidup.

“Kami melihat makin intensifnya permintaan terhadap alternatif pilihan hunian yang terjangkau di seluruh kota-kota Asia Pasifik,” tutur Rohit Hemnani, COO and Head of Alternatives Capital Markets JLL Asia Pacific dalam laporannya baru-baru ini.

Populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian coliving.

Konsep ekonomi berbagi telah mengubah dan membongkar tatanan dunia. Mulai dari layanan transportasi, ruang kerja hingga hiburan online, telah mengubah gaya hidup masyarakat modern di era ini.

Konsep coliving semakin popular di kalangan milenial. Ada dua hal yang membuat konsep ini menjadi popular yaitu karena keterjangkauan dan adanya kekuatan komunitas.

Milenial dengan dana yang terbatas dan ingin menabung akan sangat tertolong dengan konsep coliving. Konsep ini menawarakan solusi yang murah dan lebih terjangkau bagi milenial yang ingin memiliki hunian sendiri.

Keterasingan sosial akibat menjamurnya media sosial dan teknologi juga membuat hidup di komunitas besar dengan kamar tidur pribadi dan berbagi ruang bersama menjadi menarik.

"Coliving pada dasarnya adalah pandangan baru terhadap ide lama, yang dibayangkan oleh generasi milenial yang menghargai hal-hal seperti keterbukaan dan kolaborasi, jejaringsosial, dan ekonomi berbagi," kata Peony Tang, Direktur PT. Setiawan Dwi Tunggal (SouthCity) dalam rilis media, di Jakarta, Selasa (9/4/2019).

Banyak pengembang di negara maju seperti China, Hong Kong, dan Singapura memanfaatkan tren ini dengan membangun ruang coliving dengan kamar tidur dan kamar mandi pribadi kecil, tetapi ruang bersama yang besar dan fasilitas umum. Konsep ini ternyata digemari dan menjadi tren hunian baru.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk usia kerja atau di atas berusia 15 tahun per Agustus 2018 sebanyak 194,7 juta jiwa. Dari angka tersebut sebanyak 124 juta jiwa sudah bekerja atau mampu menyewa dan membeli hunian, sementara sejumlah 16,5 juta masih sekolah.

Jumlah ini jelas lebih banyak dari negara mana pun di Asia Tenggara. Karena itu, tak mengherankan jika proyek-proyek transportasi massal yang akan datang juga menjanjikan peluang bagi para pemilik properti coliving.

Konsep coliving tak sekedar berbagi ruang dan fasilitas hidup. Dewasa ini, tren coliving juga memiliki pengertian yang luas.

“Hunian coliving merupakan bentuk hunian modern di mana penghuninya bukan hanya berbagi ruang dan fasilitas, tetapi juga berbagi minat, keterampilan, sumber daya, nilai, dan impian mereka dengan orang-orang inspirasional lainnya,” ujar Peony Tang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Putri Salsabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper