Bisnis.com, JAKARTA - Hingga awal 2019, kapasitas pembangkit yang belum terikat kontrak atau perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement/PPA) dalam proyek 35.000 megawatt (MW) hanya tinggal 2.337 MW atau 6,63%.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, per 15 Januari 2019 total kapasitas dari pembangkit yang telah beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD) sebesar 3.009 MW. Namun, terdapat penambahan pembangkit atas kebutuhan operasional sebesar 493,28 MW dari kapal pembangkit listrik, sehingga totalnya menjadi 3.502,21 MW.
"Untuk proyek yang telah COD tersebut sebagian besar terdiri dari PLTG atau PLTMG, PLTM, dan EBT skala keci karena memang masa konstruksi pembangkit jenis tersebut relatif singkat, sekitar 12 sampai 24 bulan," ujar Direktur Pembinaan Program Ketenagalistikan Kementerian ESDM Jisman P Hutajulu, Senin (18/3).
Adapun sebanyak 20.416 MW atau 58% telah memasuki masa konstruksi, 9.507 MW atau 27% telah berkontrak tetapi belum konstruksi, 1.383 MW atau 4% pada tahap pengadaan, dan 954 MW atau 3% masih dalam tahap perencanaan.
Dia mengatakan penyelesaian pembangkit memang terkesan baru sedikit, yakni sekitar 8%. Namun, apabila dilihat secara keseluruhan, total proyek yaang telah berkontrak/PPA mencapai 93,37%. Hanya tersisa 6,63% yang belum berkontrak/PPA.
Untuk 27% pembangkit yang telah PPA namun belum konstruksi, saat ini sedang dalam proses pemenuhan sersyaratan pendanaan agar tercapai financial closing. Untuk mencapai hal tersebut, pengembang harus menyelesaikan antara lain pembebasan lahan dan izin lingkungan hidup (Amdal/UKL/UPL).
Sementara untuk 7% yang ada dalam tahap pengadaan, prosesnya ditargetkan selesai paling lama tahun depan.
Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Syofvi Felianty Roekman mengatakan proyek yang awalnya ditargetkan selesai pada tahun ini tersebut memang mengalami penyesuaian berdasarkan pertumbuhan kebutuhan listrik.
Dia mengatakan akan ada beberapa pembangkit yang baru beroperasi pada 2024. Adapun penambahan kapasitas yang signifikan diperkirakan terjadi pada 2020.
"Kami perkirakan pada 2019 ini akan masuk sekitar 3.800 MW. Kami harapkan tambahan satu unit Jawa 7 di Q3 tahun ini, kemudian ekspansi Cilacap 1.000 MW lagi, lalu PLTU lontar unit 4 di Q3 dan Q4. Ada juga 570 MW dari EBT. Nanti yang paling banyak masuk 2020," katanya.
Sementara itu, dalam Rencana Usaha Penyediaan tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028, porsi EBT akan terus digenjot dengan penambahan 1,8 gigawatt (GW).
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan telah menginstruksikan kepada PLN untuk mendorong pengembangan energi terbarukan, dengan penambahan pembangkit listrik dari energi terbarukan adalah sebesar 16.714 MW untuk mencapai target bauran EBT minimal 23% pada 2025. "RUPTL tahun lalu tambahan pembangkit EBT 14,9 GW, kami perbarui 16,7 GW. Jadi, naik kira kira 1,8 GW," tuturnya.
Adapun penambahan infrastruktur ketenagalistrikan yang direncanakan dibangun sampai dengan 2028 adalah pembangkit tenaga listrik sebesar 56.395 MW, jaringan transmisi sepanjang 57.293 kms, gardu induk sebesar 124.341 MVA, jaringan distribusi sepanjang 472.795 kms, dan gardu distribusi sebesar 33.730 MVA.