Bisnis.com, JAKARTA - China berpotensi membeli produk pertanian AS tiga kali lipat lebih banyak dari volume pembelian tahun 2017.
Menteri Pertanian AS, Sonny Perdue mengungkapkan peningkatan pembelian ini akan tercantum dalam salah satu klausul kesepakatan perjanjian dagang terbaru antara China dan AS.
"Kami dapat melihat dengan mudah, jika kami mampu mencapai resolusi perdagangan, dengan kenaikan dua kali atau tiga kali lipat dalam angka tersebut [ekspor produk pertanian] dalam periode dua hingga lima tahun ke depan," ungkap Sonny kepada Bloomberg, Senin (18/03/2019)
Proyeksi klausul ini cocok dengan proposal yang disampaikan oleh pemerintah China, berisi rencana untuk membeli tambahan produk pertanian AS senilai US$30 miliar. Kepala Negosiator Agrikultur di Kantor Perwakilan Dagang AS mengungkapkan impor produk pertanian China sekitar US$20 miliar per tahun, sebelum perang dagang berkecamuk.
Pembelian sebesar itu dapat menjadi anugerah besar bagi pasar pertanian AS yang telah tertekan akibat perang dagang selama ini.
Kacang kedelai, daging babi dan etanol adalah komoditas hasil pertanian AS yang merana akibat pengenaan tarif bea masuk di Negeri Panda. Sebagai catatan, China merupakan negara tujuan ekspor bagi penghasil produk pertanian besar di dunia.
China telah menyampaikan itikad baiknya untuk membeli kedelai dari AS setelah mengungkapkan gencatan senjata dalam perang dagang dengan Negeri Paman Sam Desember lalu.
Rupanya tidak hanya kedelai, Sonny mengungkapkan China berjanji untuk membeli jagung dan daging dari AS. Menurutnya, peningkatan pembelian produk pangan menjadi janji yang mudah untuk disampaikan negara tersebut di dalam negosiasi dagang keduanya.
Sayangnya, banjir di Midwest AS yang menutupi jalan dan hingga area ladang pertanian juga menyebabkan kerusakan pada kedelai yang tersimpan di gudang-gudang.
"Bencana banjir di luar Midwest, juga merusak beberapa produksi kedelai di Iowa dan Nebraska, jadi masih harus dilihat berapa banyak produksi yang hilang di sana," katanya.