Bisnis.com, JAKARTA--Industri furnitur dan kerajinan perlu memanfaatkan teknologi terkini seiring dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
Direktur Jenderal Industri, Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan pemanfaatan teknologi terbaru tersebut bertujuan untuk menghasilkan produk yang kompetitif di pasar global.
“Melalui penggunaan teknologi digital, diharapkan industrinya semakin produktif dan inovatif, sekaligus memperluas pasar,” katanya dalam keterangan resmi, Minggu (17/3/2019).
Gati mencontohkan upaya itu telah diterapkan pada pendaftaran peserta pameran Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2019. Dia mengajak Jiffina berkolaborasi dengan Kemenperin untuk melakukan registrasi secara online sesuai semangat revolusi industri 4.0 dan untuk mempermudah pendataan potensi pelaku usaha yang ada.
Menurutnya, pendaftaran secara online ini untuk mengenalkan dunia digital karena bisa memberikan data secara real-time. "Kalau ada data yang jelas bagi para peserta, akan ketahuan secara nyata kebutuhan mereka itu sebenarnya apa," ujarnya.
Saat ini, industri furnitur dan kerajinan nasional telah mampu mendobrak pasar internasional melalui berbagai produk unggulan yang dinilai memiliki kualitas yang baik dan desain menarik. Kekuatan sektor ini didukung melalui ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia terampil, dan keragaman corak dari budaya lokal.
Kemenperin mencatat neraca perdagangan industri furnitur mengalami surplus pada Januari 2019, dengan nilai ekspor US$113,36 juta. Adapun nilai ekspor tersebut, naik 8,2% dibandingkan dengan capaian pada Desember 2018.
Sepanjang tahun lalu, nilai ekspor furnitur nasional menembus hingga US$1,69 miliar atau naik 4% dibanding raihan pada 2017. Selanjutnya, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari--November 2018 mencapai US$823 juta, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$820 juta.
Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yakni lebih dari 700.000 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
Untuk itu, lanjut Gati, pihaknya berharap agar sektor industri kecil dan menengah (IKM) yang menjadi produsen furnitur dan kerajinan agar tetap menjaga kualitas bahan baku dan produknya serta selalu berinovasi. “Yang tidak kalah penting juga adalah after sales service kepada para buyer agar mereka menjadi loyal customer,” ungkapnya.
Potensi pengembangan industri furnitur dan kerajinan di dalam negeri, tercermin dari Indonesia sebagai penghasil 80% untuk bahan baku rotan dunia, dengan daerah penghasil rotan di Indonesia yang tersebar di berbagai pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra.
“Indonesia memiliki 312 jenis spesies rotan, yang perlu dimanfaatkan untuk industri furnitur dan kerajinan,” tutur Gati. Selain itu, sumber bahan baku kayu juga sangat besar, mengingat potensi lahan hutan di Indonesia yang sangat luas dengan total hingga 120,6 juta hektare, terdiri dari hutan produksi seluas 12,8 juta hektare.