Bisnis.com, JAKARTA - Meski industri furnitur dan rotan menghadapi kekurangan bahan baku, pemerintah mengakui belum punya program untuk mengatasi masalah tersebut.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Gari Wibawaningsih mengatakan bahwa pemenuhan bahan baku industri furnitur dan kerajinan masih melalui skema business-to-business (B2B).
"Untuk bahan baku kami belum ada program untuk kerajinan sama furnitur, karena HIMKI anggotanya besar-besar. Kalau industri kecil menengahnya sifatnya masih business-to-business saja," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (10/3/2019).
HIMKI Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI). Asosiasi ini pada 2017 menandatangani kerja sama dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) untuk penyediaan sumber bahan baku kayu maupun rotan.
Dalam nota kesepahaman tersebut PPI akan menyediakan bahan baku kayu, rotan, dan bahan baku penunjang di setiap sentra industri mebel maupun kerajinan untuk kebutuhan HIMKI.
Sejauh ini, kementerian telah membantu industri kerajinan dalam hal pengembangan pasar, bimbingan teknis, dan bantuan mesin, serta peralatan.
Gati menilai target industri kerajinan kayu dan rotan oleh HIMKI senilai US$900 juta merupakan target yang realistis. Pasalnya, lanjutnya, target tersebut merupakan gambaran dari kapasitas produksi industri kerajinan yang dalam negeri.