Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi India melambat pada kuartal terakhir tahun lalu, di tengah meningkatnya ketegangan politik dengan Pakistan dan melesunya permintaan global.
Produk domestik bruto (PDB) Negeri Hindustan pada kuartal IV/2018 naik 6,6% dari tahun sebelumnya. Raihan ini lebih rendah dari estimasi median sebesar 6,7% dalam survei Bloomberg dan turun dari revisi kenaikan sebesar 7% pada kuartal sebelumnya.
Ketegangan yang memanas antara dua negara rival bersenjata nuklir tersebut berpotensi untuk merugikan investasi asing serta membuat sentimen bisnis dalam perekonomian menjadi suram.
Hubungan dengan Pakistan memburuk pekan ini setelah India menuduh negara tetangganya itu bertanggung jawab atas serangan besar-besaran di Kashmir. Kedua negara tetangga itu pun saling gencar melancarkan serangan udara kepada satu sama lain.
Untuk saat ini Pakistan telah menyampaikan pesan bernada damai dengan menawarkan untuk melepaskan pilot India yang tertangkap.
“[Ketegangan] ini datang pada waktu yang sulit bagi kedua belah pihak, mengingat India akan menggelar pemilu pada bulan April-Mei 2019, sementara Pakistan berada dalam posisi ekonomi yang lemah,” ujar Radhika Rao, ekonom di DBS Group Holdings Ltd., Singapura.
Menurutnya, tensi yang tengah terjadi kemungkinan akan membayangi data pertumbuhan.
Tak hanya itu, ekonomi India kini menghadapi permintaan domestik yang lebih lemah dan perlambatan global.
Hal ini mungkin memberi alasan bagi bank sentral India, Reserve Bank of India (RBI), di bawah Gubernur barunya Shaktikanta Das, untuk kembali menurunkan suku bunga setelah melakukannya pada Februari.
“Inflasi di level terendah dalam 19 bulan dan pelemahan lebih lanjut dalam pertumbuhan menciptakan ruang untuk pemangkasan lebih lanjut,” papar ekonom Citigroup Inc., yang dipimpin oleh Samiran Chakraborty, dalam sebuah riset, sebagaimana diberitakan Bloomberg, Jumat (1/3/2019).
Inflasi harga konsumen mendekati 2%, sedangkan inflasi inti, yang mengecualikan biaya makanan dan bahan bakar, juga mulai berkurang. RBI sendiri menargetkan inflasi inti di 4%.
Sementara itu, memudarnya permintaan konsumen mengurangi momentum dalam ekonomi dimana belanja domestik sekitar dua berkontribusi sekitar duapertiga dari PDB. Data Kantor Pusat Statistik setempat menunjukkan pertumbuhan konsumsi pemerintah melambat pada kuartal tersebut.
Selama dua kuartal terakhir, pertumbuhan penjualan kendaraan penumpang domestik, yang merupakan indikator permintaan perkotaan, berkurang.
Adapun produksi semen, yang menjadi ukuran aktivitas konstruksi, sedikit melambat. Indeks manajer pembelian (PMI) juga menunjukkan aktivitas di sektor jasa dominan telah menyusut.
Dengan langkah pemerintah memangkas belanja modal dalam anggaran terbarunya guna mengekang defisit fiskal, ekonom melihat lebih banyak kelesuan.
“Kendurnya belanja modal pemerintah menjelang pemilu cenderung memiliki dampak yang lambat, sehingga mempengaruhi pertumbuhan pada kuartal-kuartal berikutnya,” ujar Teresa John, ekonom di Nirmal Bang Equities India Pvt Ltd.