Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi menilai utilisasi industri pengolahan ikan yang saat ini masih berada di bawah 60% dapat didongkrak dengan peningkatan ketersediaan bahan baku.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo kepada Bisnis, Minggu (24/02/2019). Dia menjelaskan kapasitas produksi dan utilisasi industri saat ini masih dapat dimaksimalkan dengan meningkatkan suplai bahan baku.
Berdasarkan data Badan Pusat Stastistik (BPS), kapasitas produksi industri pengolahan ikan mencapai 3,65 juta ton. Dari jumlah tersebut, olahan tuna atau cakalang kaleng berkapasitas 365.000 ton dan sardin atau makarel kaleng sebanyak 235.000 ton.
Adapun, dari kapasitas terpasang saat ini, utilisasi industri masih berada di bawah 60%. Berdasarkan data BPS yang diolah asosiasi, pada 2014 utilisasi berkisar 59,3% lalu menurun menjadi 52,3% pada 2015 dan menjadi 51,9% pada 2016.
Budhi menjelaskan saat ini terdapat peningkatan utilisasi seiring dengan peningkatan ekspor. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor pada 2018 mencapai 1,12 juta ton. Jumlahnya meningkat dibandingkan 2017 sebanyak 1,07 juta ton.
"Perkiraan saya dengan adanya sedikit kenaikan volume ekspor maka utilisasi unit pengolahan ikan [UPI] sekarang naik sekitar 3%–4% dibandingkan 2016," ujar Budhi kepada Bisnis.
Dia menjelaskan suplai bahan baku perlu terus didorong untuk mendorong kinerja industri. Adapun, peningkatan suplai tersebut menurut Budhi dapat dilakukan di antaranya melalui pengembangan perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Selain itu, menurut Budhi, peningkatan utilitas industri pengolahan ikan dapat memaksimalkan peluang dari pakta dagang Indonesia—Korea Selatan CEPA untuk meningkatkan ekspor. Berdasarkan catatan AP5I, share ekspor ke negeri ginseng saat ini masih berada di bawah 5%.
"Dengan adanya penurunan tarif impor perikanan dari Indonesia ke Korea Selatan diharapkan akan menambah pasar ekspor produk perikanan ke Korea," ujar Budhi.