Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Dagang Januari 2019 Terburuk, Begini Penjelasan Menko Darmin

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 lantaran imbas dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani (dari kiri), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/11/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani (dari kiri), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/11/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 lantaran imbas dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).

Hal itu, lanjut dia, terlihat dari menurunnya realisasi ekspor Indonesia ke China dan AS. Sementara, selama ini kedua negara tersebut menjadi negara tujuan ekspor utama dari Tanah Air.

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu menilai bahwa dampak langsung perang dagang telah membuat kondisi perekonomian di kedua negara tujuan ekspor RI tersebut mengalami perlambatan. Sementara pada sisi lain, diakuinya bahwa Indonesia sendiri tidak bisa dengan cepat melakukan penyesuaian terhadap kondisi perubahan global tersebut.

"Ekspor kita itu nomor satu China, kedua Amerika. Nah China, termasuk Amerika, itu pertumbuhan ekonominya melambat karena perang dagang. Kita terpengaruh adanya itu, sementara untuk mencari alternatif pasar lainnya masih lambat. Dan pada saat yang sama India juga sedang 'ngerjai' kita di CPO (crude palm oil)," ujarnya, Jumat (15/2/2019).

Jadi, lanjut Darmin, kondisi menurunnya ekspor dari Tanah Air saat ini tersebut pun bukan berarti mengindikasikan bajwa kemampuan ekspor RI telah mencapai puncaknya dan masih bisa untuk terus di dorong.  "Ini lebih karena perkembangan ekonomi global yang begitu cepat," terangnya.

Namun demikian, lanjut Darmin, meskipun kondisi ekspor Indonesia ke China mengalami penurunan, pihaknya menyakini kondisi eskpor ke Negeri Tirai Bambu tersebut akan kembali positif dan lebih stabil apabila pertumbuhan ekonomi di sana bisa mencapai dikisaran 6,5%.

"Lalu ke depan apakah akan lebih lambat. Tapi rasanya justru kalau ekonomi China itu bisa mungkin akan di 6,5% itu akan bisa lebih stabil," ungkap Darmin.

Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pada Jumat (15/2), bahwa realisasi ekspor Indonesia pada Januari 2019 mencapai US$13,87 miliar dan impor US$15,03 miliar, atau mengalami defisit US$ 1,16 miliar. 

Sementara untuk realisasi ekspor pada Januari 2019 dibandingkan bulan sebelumnya tercatat turun 3,24% dengan nilai US$13,24 miliar. Dan secara tahunan atau year on year, ekspor Januari 2019 turun 4,70% dibandingkan Januari 2018. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper