Bisnis.com, JAKARTA--Permintaan lahan kawasan industri tahun ini diperkirakan makin ketat. Namun, peluang masih ada tergantung dengan efektivitas kebijakan pemerintah dalam memacu industri.
Senior Director Leads Property Darsono Tan mengatakan permintaan lahan kawasan industri akan mengalami pelemahan dengan alasan masuk tahun politik. Pelemahan permintaan juga diimbangi dengan tidak adanya tambahan pasokan.
“Tidak ada kenaikan signifikan dari sisi suplai, karena banyak investor yang bersikap menunggu perkembangan situasi yang sedang terjadi. Hal ini berkaitan dengan perekonomian negara juga. Makanya, untuk harga tahun ini diperkirakan akan stabil,” katanya belum lama ini.
Kondisi perekonomian global, katanya, juga akan memberikan pengaruh pada tingkat pasok dan permintaan lahan di kawasan industri. “Misalnya, karena penguatan dolar AS, sejumlah pemain kawasan industri mulai melakukan penyesuaian harga. Hal ini menyebabkan harga turun sekitar 1,5% per kuartal menjadi Rp2,71 juta/m2.”
Karena harga jualnya yang menurun, Darsono mengungkapkan bahwa rata-rata biaya pemeliharaan jadi naik sampai 1,15% per kuartal menjadi sekitar Rp880/m2 tiap menit.
Darsono memaparkan, karena kawasan industri saat ini masih terkonsentrasi di Jakarta dan sekitarnya, pemerintah berencana akan mendistribusikan kawasan indutri secara merata ke seluruh pulau Jawa terlebih dahulu, seperti Cirebon.
Baca Juga
“Cirebon belum lama ini mendapat alokasi wilayah khusus untuk aktivitas industri, dari yang sebelumnya hanya 2.000 hektare menjadi 10.000 hektare. Dalam 2-3 tahun ke depan, pemerintah berencana akan melakukan pembangunan kawasan industri secara merata di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Tergantung Kebijakan
Vice President Coldwell Banker Dani Indra Bhatara mengatakan bahwa perkembangan kawasan industri di Indonesia ke depan masih akan bergantung pada kebijakan pemerintah dan keadaan perekonomian nasional.
“Saat ini kebijakan pemerintah sangat mendukung masuknya investasi dan pengembangan industri baru, khususnya di kawasan industri,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (12/2).
Menurutnya, sudah ada beberapa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industri dan kawasan industri sudah masuk dalam proyek strategis nasional. Kemudahan perizinan di pusat, program Kemudahan Layanan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), dan berbagai kebijakan lainnya.
Sementara itu, saat ini juga terdapat beberapa lokasi yang mulai cenderung mengalami peningkatan permintaan, baik dari yang sudah terealisasi maupun yang baru penjajakan, seperti di Batam yang diminati oleh perusahaan China yang kemungkinan akan membuka industrinya di kawasan itu.
“Selain itu, area Semarang - Kendal juga diminati karena pertimbangan upah yang lebih murah dibanding kawasan industri lain di Jawa. Beberapa pelabuhan baru juga diharapkan akan mempengaruhi secara positif permintaan terhadap kawasan industri,” lanjut Dani.
Secara umum, kata Dani, walaupun belum semua kebijakan terealisasi dan tidak semua kawasan industri mengalami peningkatan permintaan, sentimen yang ada cenderung positif.
Ke depan, wilayah Jawa dan Batam diperkirakan akan makin prospektif untuk pembangunan kawasan industri.
“Sejauh ini yang makin prospektif itu di Batam dan Jawa, sekitar Semarang misalnya. Di Jawa Barat, Cikarang dan Karawang juga masih tetap menarik khususnya untuk ekspansi dan pergudangan.”