Bisnis.com, JAKARTA - Generasi milenial menjadi salah satu pasar potensial dalam bisnis properti. Masalahnya, mereka menganggap rumah belum menjadi kebutuhan utama.
Hal itu membuat para pengembang harus benar-benar mengerti produk apa yang dibutuhkan dan diminati oleh milenial. Jangan sampai produk yang ditawarkan menyasar milenial tetapi cara menjualnya tidak tepat sasaran, sehingga kurang diminati kaum muda tersebut.
Senior Vice President Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., Suryanti Agustinar, mengatakan milenial, generasi yang lahir antara awal 1980-an hingga akhir 1990-an banyak memilih produk perumahan dengan harga di bawah Rp500 juta.
Sementara, untuk produk apartemen yang paling banyak dicari berada di rentang harga Rp300 juta hingga Rp400 juta dengan lokasi yang tersebar, di antaranya Tangerang, Bogor, dan Bekasi.
"Karena milenial kebanyakan first jobber dengan rata-rata gaji Rp7 juta hingga Rp10 juta, di situlah range yang pas untuk mereka pilih. Produk dengan harga di atas Rp500 juta masih sangat sedikit, kecuali milenial yang pengusaha atau level manajer," kata Suryanti, usai konferensi pers IPEX 2019, Rabu (6/2/2019).
Dia menilai dengan kemampuan beli milenial yang bergaji antara Rp7 juta hingga Rp10 juta, memang mau tidak mau mereka akan membeli rumah yang sesuai dengan bujet mereka. Oleh karena itu, kata dia, pengembang harus didorong untuk mengembangkan proyek-proyek dengan harga sekitar Rp500 juta ke bawah.
Baca Juga
"Pengembang harus pintar-pintar berinovasi menawarkan rumah atau apartemen yang diminati oleh milenial, khususnya first jobber yang mencari rumah. Jangan hanya mau mencari laba yang sebesar-besarnya tanpa melihat pasar dan daya beli konsumen," jelasnya.
Dia mengharapkan para pengembang bisa mengembangkan produk yang tidak terlalu mahal, tetapi mampu diserap oleh para milenial, juga dengan lokasi yang tepat dan harus ada nilai lebih dibandingkan dengan produk-produk dari pemain lain.
Bagi milenial yang menginginkan lokasi yang tidak jauh dari pusat kota, kata dia, pengembang masih bisa mengembangkan apartemen dengan kisaran harga Rp400 juta per unit, tentunya harus terintegrasi dengan transportasi publik, seperti proyek TOD garapan Perum Perumnas yang berlokasi di Tanjung Barat dan Juanda.
"Itu yang menjadi incaran milenial, dengan harga yang tidak terlalu mahal, juga dekat dengan moda transportasi umum," kata dia.
Bank BTN mencatatkan total capaian skema pembiayaan perumahan milenial bank tersebut, yaitu kredit KPR Gaess sejak diluncurkan pada Oktober 2018, sudah mencapai Rp1,7 triliun. Program tersebut memang khusus menyasar milenial dengan umur 21 hingga 35 tahun yang membutuhkan rumah.
Suryanti mengatakan pengambilan kredit perbankan tersebut didominasi oleh konsumen yang membeli properti dengan rentang harga Rp300 juta hingga Rp500 juta per unit.
Menurutnya, milenial masih harus terus diedukasi, karena jika tidak membeli properti sekarang, harga properti ke depan akan semakin mahal dan kemungkinan tidak akan terjangkau bagi mereka.
"Jadi saatnya sekarang, tidak bisa hidup hanya sekadar sewa atau menumpang di rumah orang tua. Banyak milenial dengan umur yang masih muda sudah berani beli apartemen atau rumah. Pilihlah angsuran yang tidak memberatkan," tambah dia.