Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Jurus Pemerintah Tekan Defisit Transaksi Berjalan

Pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk menekan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk menekan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada 2019.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menyampaikan, untuk menekan CAD pemerintah berupaya mendorong ekspor dan mengurangi ketergantungan impor.

Langkah ini dilakukan melalui pengembangan industri pionir yang bersifat dari hulu hingga ke hilir. Dengan demikian, industri tersebut dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri melalui subtitusi impor.

“Oleh karena itu, kami akan mendorong investasi untuk memperkuat industri dari hulu ke hilir melalui paket kebijakan yang sebelumnya telah pemerintah keluarkan,” paparnya kepada Bisnis baru-baru ini.

Kebijakan tersebut di antaranya ialah penerbitan Online Single Submission (OSS) untuk menyederhanakan proses perizinan di satu tempat, dan mengundang minat pelaku usaha berinvestasi.

Selanjutnya, pemberian tax holiday untuk industri pionir, melakukan relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI), dan perbaikan Ease of Doing Business (EODB), serta membenahi konektivitas untuk mengurangi biaya logistik melalui pengembangan infrastruktur.

Iskandar menambahkan, untuk mengatasi defisit transaksi berjalan, pemberdayaan pasar di dalam negeri juga perlu didorong sebagai bagian subtitusi impor. Hal ini turut membantu pertumbuhan ekonomi sekaligus mengatasi pelemahan permintaan global.

Seperti diketahui, Senin (21/1/2019) International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi PDB global pada 2019 menjadi 3,5% dan 2020 sebesar 3,6%. Estimasi tersebut masing-masing menurun 0,2% dan 0,1% dari proyeksi sebelumnya pada Oktober 2018.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sejumlah US$8,57 miliar sepanjang 2018. Ini sekaligus menjadi defisit pertama sejak 2014 yang mencapai US$2,2 miliar.

Secara umum, defisit pada 2018 disebabkan oleh defisit sektor minyak dan gas (migas) yang mencapai US$12,4 miliar. Adapun, neraca nonmigas masih mengalami surplus sebesar US$3,8 miliar.

Kendati dibayangi tantangan risiko global pada 2019, Bank Indonesia (BI) optimistis defisit transaksi berjalan dapat menurun hingga 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB), dari kisaran 3% dari PDB pada 2018.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper