Bisnis.com, JAKARTA -- Tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura, melakukan survei permukaan dasar laut atau hidrografi gabungan fase dua di Selat Malaka dan Selat Singapura untuk meningkatkan keselamatan navigasi.
Joint Hydrographic Survey Phase 2 yang dimulai sejak 15 Januari itu pada dasarnya untuk memperbarui Peta Laut Indonesia dan Electronic Nautical Charts (ENC) di kedua perairan.
Survei ditargetkan selesai Juli 2019 meliputi 15 area yang berada di perairan Indonesia dan 6 area untuk pelaksanaan joint survey tiga negara pantai. Khusus pelaksanaan survei hidrografi di Indonesia, akan dilaksanakan awal Maret hingga akhir Juli.
Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Basar Antonius mengatakan survei gabungan ini merupakan kelanjutan dari fase pertama yang mencakup traffic separation scheme (TSS) di Selat Malaka dan Selat Singapura dengan kedalaman kurang dari 30 meter.
Menurutnya, pelaksanaan survei hidrografi tiga negara pantai diawali dari hasil pertemuan Tripartite Technical Experts Group (TTEG) ke-38 pada 2013 di Bali, di mana saat itu Jepang menyatakan akan berkontribusi untuk pelaksanaan survey hidrografi di 5 titik kritis di Selat Malaka dan Selat Singapura yang 3 lokasi di antaranya berada di Indonesia.
"Kegiatan survei hidrografi pada lima titik kritis di Selat Malaka dan Selat Singapura disebut sebagai phase-1 dari pekerjaan survei hidrografi di Selat Malaka dan Selat Singapura," jelasnya dalam siaran pers, Minggu (20/1) .
Dalam pertemuan 5th Marine Electronic Highway (MEH) Working Group pada Februari 2014 di Malaysia, Jepang juga menyampaikan maksud untuk melaksanakan survei jidrografi lanjutan (fase 2) dengan lingkup area lebih luas, meliputi TSS di Selat Malaka dan Selat Singapura. Jepang ingin bertindak sebagai kontributor tunggal.
Pada pertemuan ke-39 TTEG 2014 di Langkawi, Malaysia, pemerintah Negeri Jiran mengajukan survei hidrografi di lima area kritis, yakni One Fathom Bank (Indonesia), Off Cape Rachado (Malaysia), Buffalo Rock (Indonesia), Off Pulau Sebarok West Side of TSS (Singapura) , dan Batu Berhanti (Indonesia).
"Pelaksanaan survei hidrografi tersebut menggunakan dana hibah dari pemerintah Jepang. Pertemuan ke-39 TTEG selanjutnya menyetujui usulan Malaysia yang kemudian disebut sebagai Joint Hydrographic Survey in the Straits of Malacca and Singapore Phase-One," ujar Basar.
Selain itu, pada pertemuan tersebut Pemerintah Jepang juga mengajukan proposal survei hidrografi di sepanjang TSS Selat Malaka dan Selat Singapura.
Mengingat pelaksanaan joint hydrographic re-survey terakhir dilaksanakan 1996 hingga1998 oleh JICA, maka pelaksanaan survei hidrografi di sepanjang TSS sangat diperlukan untuk pembaruan Peta Laut Indonesia serta Electronic Nautical Charts (ENC) pada perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Jepang juga mengusulkan pendanaan pekerjaan tersebut menggunakan Japan Asean Integration Fund (JAIF).
Sementara itu, Operational Manager Malacca Strait Council (MSC) Seiji Sasaki meyakini proyek bersama ini akan berjalan dengan lancar. Dia berharap proyek itu akan memperkuat hubungan kerja sama antara negara-negara litoral dan Jepang di bidang keselamatan navigasi di Selat Malaka dan Selat Singapura. "Kami berharap operasi survei di Indonesia akan dilakukan dengan aman dan efektif," kata Sasaki.