Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WEGE: Bangunan Modular Belum Tahan Tsunami

Bangunan modular yang terus dikembangkan saat ini sudah bisa menahan gempa, akan tetapi belum bisa menahan bencana tsunami.
Pengunjung mencari informasi tentang keunggulan Modular di stand PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk dalam Pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2018 di JCC, Jakarta, Kamis (27/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Pengunjung mencari informasi tentang keunggulan Modular di stand PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk dalam Pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2018 di JCC, Jakarta, Kamis (27/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Bangunan modular yang terus dikembangkan saat ini sudah bisa menahan gempa, akan tetapi belum bisa menahan bencana tsunami.

Tsunami yang menghantam Pesisir Banten pada 22 Desember lalu menghancurkan bangunan mulai dari rumah tapak, bangunan semi permanen hingga hotel dan tempat wisata.

Menurut CEO Jababeka Group Setyono Djuandi Darmono pembangunan hotel berteknologi modular penting untuk mencegah kerusakan berlebih akibat bencana alam.

“Di lokasi kami di Tanjung Lesung kemungkinan akan membangun shelter dan membuat hotel dengan kamar berkonsep kontainer,” ungkapnya beberapa waktu lalu.

Menurut Direktur Human Capital, Investasi, dan Pengembangan Wijaya Karya Gedung (WEGE) Nur Al Fata dari sisi ketahanan terhadap bencana, bangunan modular memang memiliki ketahan yang cukup baik terhadap gempa.

“Kalau untuk tsunami, bangunan juga harus diperhitungkan bukaan-bukaan yang mengalirkan air. Selama ini kan bangunan biasa sering kali tidak banyak bukaan, hanya jendela kecil-kecil gitu. Jadi kalau ada bencana hancur semua,” ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (4/1).

Nur menambahkan bahwa untuk desain bangunan modular yang tahan tsunami bisa dimodifikasi, akan tetapi hingga saat ini di Indonesia belum punya standar baku dari pemerintah maupun institusi badan penguji.

“Kalau untuk gempa sudah bisa didesain, tapi kalau untuk yang tsunami memang belum punya standar dari pemerintah ataupun institusi yang mengharuskan bangunan selain untuk tahan benturan juga untuk bisa mengalirkan air, harus banyak bukaan, sehingga air bisa mengalir dan tidak merubuhkan bangunan,” paparnya.

Beberapa standar yang perlu di uji untuk membuat bangunan tahan tsunami menurut Nur di antaranya adalah besaran dan jumlah lubang aliran air dan arah aliran air untuk frontal ke garis pantai atau kea rah lain.

Hingga saat ini, pesanan yang didapat WEGE salah satunya datang dari Gunung Rinjani, untuk dijadikan shelter bagi para pendaki. Dengan menggunakan capuran bahan baja dan kayu, bangunan yang dibuat secara industri itu sudah didesain untuk tahan terhadap cuaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper