Bisnis.com, JAKARTA — PM Inggris Theresa May meminta agar para pembuat kebijakan mendukung Kesepakatan Brexit yang telah disepakati dengan Uni Eropa pada Senin (31/12/2018).
May mengungkapkan, Kesepakatan Brexit tersebut akan membantu pemerintah untuk fokus pada isu berikutnya seperti masalah properti dan keterbatasan tenaga kerja.
Adapun hal itu disampaikan May dalam pesan Tahun Baru-nya, kurang-lebih dua minggu menjelang pemungutan suara di Parlemen Inggris.
Pemungutan suara yang sempat ditunda May pada Desember akan menjadi momen yang menentukan bagi ekonomi terbesar kelima di dunia tersebut.
Pasalnya, hasil voting bakal menentukan opsi Inggris dapat menggunakan Kesepakatan Brexit milik May atau malah memasuki ketidakpastian masif mengenai langkah yang akan diambil ke depannya.
“Tahun baru merupakan waktu untuk melihat ke depan. Pada 2019, Inggris akan memulai babak baru. Kesepakatan Brexit yang telah saya negosiasikan akan dinilai oleh masyarakat Inggris dan dalam beberapa pekan ke depan para MP (Anggota Parlemen) akan membuat keputusan yang penting. Jika Parlemen mendukung, Inggris dapat langsung ‘berbelok’ di persimpangan,” ujar May lewat video yang disiarkan langsung dari kantor kerjanya, seperti dikutip Reuters, Selasa (1/1/2019).
Saat ini, May masih mencari celah dari Uni Eropa supaya kesepakatan yang diajukannya mengenai perbatasan Irlandia Utara dapat berlaku hanya untuk sementara.
May pun telah berupaya agar tembok perbatasan tidak dibangun lagi di antara Irlandia Utara milik Inggris dan Republik Irlandia yang tergabung dengan UE, jika solusi terbaik untuk mempertahankan alur perdagangan bebas tidak tercapai.
Adapun permasalahan di perbatasan, yang dikenal dengan nama backstop, tersebut telah menjadi batu sandungan bagi Kesepakatan Brexit melewati parlemen.
Untuk itu, pemerintah dan pebisnis di Inggris bahkan telah bersiap jikalau Kesepakatan Brexit tidak disetujui parlemen maupun potensi Brexit terjadi tanpa kesepakatan.
Jika Inggris keluar dari Uni Eropa pada 29 Maret 2019 dengan tidak lancar, skenario peringatan telah diberitahukan bahwa jalur pengiriman pasokan makanan, obar-obatan, dan komponen bakal tertunda di perbatasan.
Lebih lanjut, May juga menekankan bahwa dia ingin segera melewati diskusi berlarut-larut mengenai Brexit.
Hal itu disampaikannya sebagai respons kepada anggota Partai Konservatif yang mengkritik kepemimpinannya dan respons terhadap kritik oposisi yang menilai Brexit telah menahan sejumlah agenda domestik Pemerintah,
“Brexit memang penting, tapi itu bukan satu-satunya isu yang penting,” imbuh May, sambil menggarisbawahi beberapa kebijakan untuk mengatur masalah perumahan, keterbatasan tenaga kerja, dan penguatan ekonomi.
Berbeda jauh dengan Inggris, dalam perkembangan terpisah, Wakil PM Italia Matteo Salvini menyampaikan bahwa Pemerintah Italia tidak akan menghadapi bahaya dalam beberapa bulan ke depan.
Hal itu disampaikan Salvini setelah Pemerintah Italia mengubah perhatiannya dari reformasi baru dan meresmikan anggaran belanja negara untuk tahun ini.
Parlemen Italia akhirnya menyetujui anggaran pemerintah pada akhir pekan lalu, sebelum tenggat waktu akhir tahun yang ditetapkan oleh Komisi Eropa.
Persetujuan itu pun berhasil melegakan pasar keuangan dan mencegah risiko pemberian denda dari UE kepada Roma.
“Saya berharap ini akan menjadi anggaran terakhir yang melewati perundingan panjang dan rumit dengan Brussels yang disetujui,” kata Salvini dalam wawancara dengan surat kabar Il Corriere della Sera sambil berharap kekuatan veto yang dimiliki UE untuk mengatur kondisi keuangan negara anggota secepatnya dapat dihilangkan.