Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Asia Ada Sinyal Membaik, Tetap Waspadai Risiko Ini

Terdapat beberapa tanda-tanda harapan membaiknya pasar di Asia, di antaranya dari harga minyak yang telah jatuh sekitar 40% dari puncaknya Oktober, yang merupakan keuntungan bagi negara-negara pengimpor komoditas tersebut.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Terdapat beberapa tanda-tanda harapan membaiknya pasar di Asia, di antaranya dari harga minyak yang telah jatuh sekitar 40% dari puncaknya Oktober, yang merupakan keuntungan bagi negara-negara pengimpor komoditas tersebut.

Manajer Portofolio Pasar Utang, Aviva Investor di Singapura, Stuart Ritson mengungkapkan kunci perekonomian Asia berada pada kemampuan China menahan guncangan.

"Kami melihat tantangan berkurang untuk pasar Asia dari [tekanan] dolar AS karena transisi menuju tahun baru, tetapi perlambatan pertumbuhan global dan friksi perdagangan akan memberikan kontribusi menantang secara makro," katanya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (31/12/2018).

"Faktor kunci yang akan menjadi penting dalam 2019 adalah tingkat perlambatan di China serta friksi perdagangan berkelanjutan dengan AS," katanya.

Pasar negara berkembang secara keseluruhan juga mungkin mendapatkan napas pada 2019 menurut survei Bloomberg terhadap 30 investor, pedagang dan ahli strategi. Saham, mata uang dan obligasi negara berkembang telah menyentuh lantai dasarnya dan mungkin akan mengungguli negara-negara lain pada 2019.

Waspadai Risiko
Risiko pasar obligasi Asia pada babak pertama 2019 mungkin tidak jauh berbeda dengan risiko pada 2018.

Sementara itu, risiko aset cenderung tetap, tergantung dari hasil kompromi perang perdagangan AS-China, Brexit dan kenaikan suku bunga AS. Hampir semua mata uang Asia diekspektasi melemah pada akhir Juni 2019, sementara hasil ramalan pasar obligasi akan bangkit untuk negara-negara Asian, termasuk Indonesia, India dan Thailand menurut perkiraan yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Laporan minggu ini pada PMI manufaktur China, ekspor Korea Selatan, dan produk domestik bruto Singapura dapat memberikan bukti lebih lanjut tentang ekonomi kawasan Asia.

Indeks dolar Asia JP Morgan telah jatuh hampir 5% tahun ini, dan ditetapkan sebagai penurunan tahunan terbesar sejak 2015. Sebuah indeks Bloomberg Barclays memperlihatkan utang pemerintah di Asia menuju kerugian tahunan yang pertama dalam tiga tahun.

Mengenai upaya AS dan China yang dijadwalkan bertemu pada minggu kedua Januari 2019 untuk pembicaraan perdagangan, Citigroup Inc menilai bahkan jika sengketa diselesaikan, kerusakan tidak langsung dikembalikan.

China sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia sudah merasakan dinginnya penjualan ritel dan keuntungan industri yang turun, pada akhirnya mendorong para pembuat kebijakan untuk menjanjikan stimulus lebih banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper