Bisnis.com, JAKARTA--Peluang surplus pada neraca pembayaran Indonesia kuartal IV/2018 terbuka lebar seiring dengan mulai masuknya arus modal sejak Oktober hingga Desember 2018.
Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan surplus neraca pembayaran (Neraca Pembayaran Indonesia/ NPI) akan ditopang oleh capital inflow yang relatif lumayan, terutama di pasar surat utang.
"Inflownya sebesar US$3,48 miliar pada kuartal IV ini," ujar Satria, Kamis (27/12).
Sementara itu, dia melihat inflow ke pasar saham tidak sebesar itu karena pada Desember ini tidak ada 'santa claus rally'. Hal ini dipicu oleh tren di pasar uang yang cenderung memilih instrumen investasi yang lebih berkualitas dan aman (flight to quality).
Menurut Satria, pasar saham lebih penuh ketidakpastian. Data yang diperoleh Bisnis, pasar saham menunjukkan net sell Rp430,56 miliar per Oktober hingga 27 Desember 2018.
Di sisi lain, pasar surat utang dalam negeri lebih atraktif dengan imbal hasil 8%.
"Itu yang kami rasa pada kuartal IV ini walaupun defisit transaksi berjalannya melebar, tetapi balance of payment-nya surplus," tegas Satria.
Sinyal adanya surplus pada NPI kuartal IV/2018 ini ditunjukkan oleh pergerakan nilai tukar yang relatif stabil di kisaran Rp14.500. Bahkan, rupiah tetap stabil ketika pengumuman neraca dagang November yang menunjukkan pelebaran defisit.
"Hal ini menunjukkan memang pelebaran current account deficit tampaknya cukup didanai inflow postif dari capital account dan financial account."
Namun, Satria melihat NPI secara keseluruhan tahun akan mengalami defisit sekitar US$10 miliar. Defisit ini didorong oleh defisit transaksi berjalan yang mencapai US$30 miliar.
Kondisi ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan rupiah. Pasalnya, Satria masih melihat adanya peluang bullish pada kuartal I dan kuartal II tahun depan seiring dengan adanya aliran dana asing masuk yang kuat ke pasar surat utang.
"Sangat bullish, perkirakaan kami rupiah bisa menguat ke Rp14.000," kata Satria.
Salah satu faktor pendukungnya adalah laju inflasi yang bergerak di bawah ekspektasi. Bahana Sekuritas memperkirakan inflasi 2018 akan mencapai 2,9% (year on year/yoy).
Inflasi rendah tersebut dipastikan akan meningkatkan real yield surat utang Indonesia.