Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Optimistis 2 KEK Ini Beroperasi Tahun Depan

Pemerintah optimistis operasional dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yakni KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) dan KEK Tanjung Api-Api, dapat diresmikan pada 2019.
Gapura KEK TAA di Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan./Bisnis-Dinda Wulandari
Gapura KEK TAA di Desa Teluk Payo, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan./Bisnis-Dinda Wulandari

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah optimistis operasional dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yakni KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) dan KEK Tanjung Api-Api, dapat diresmikan pada 2019.

Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Isran Noor mengungkapkan saat ini, KEK MBTK masih menghadapi kendala terkait status sertifikasi yang belum dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).

"Secepatnya, mungkin sebulan lagi selesai. Awal Januari-Februari 2019 sudah diresmikan Presiden, kalau tidak, oleh Menko Perekonomian. Kalau tidak Menko Perekonomian, ya Menteri siapa," ungkapnya, Kamis (27/12/2018).

Belum selesainya status sertifikasi lahan dari BPN disebut membuat para investor menahan diri untuk berinvestasi di KEK yang berlokasi di Kabupaten Kutai Timur tersebut. Adapun persyaratan pemerintah daerah telah dilengkapi.

Isran mengklaim sudah ada beberapa investor yang tertarik berinvestasi termasuk investor asing dari Korea Selatan (Korsel) dan China. Para calon investor ini bergerak di sektor industri, ekspor kapal, dan lain-lain.

"Saya tidak tahu persis nilainya, banyak yang ingin berinvestasi karena kalau kita ekspor langsung dari situ, misalnya ke utara, ke Shanghai, China atau ke Korsel, itu jauh lebih pendek waktunya. Selama ini, kalau ekspor barang-barang dari Surabaya itu 29 hari, tapi kalau lewat Kaltim hanya 7-9 hari sampai," paparnya.

KEK MBTK ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 85 Tahun 2014 dengan total luas area 557,34 hektare (ha). Kawasan ini kaya Sumber Daya Alam (SDA), terutama kelapa sawit, kayu, dan energi, serta didukung posisi geostrategis yang terletak di lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II).

ALKI II merupakan lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Kalimantan dan Sulawesi, merupakan jalur regional lintas Trans Kalimantan, dan transportasi penyeberangan feri Tarakan-Tolitoli serta Balikpapan-Mamuju. 

KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah melalui industrialisasi atas berbagai komoditas di wilayah tersebut. Berdasarkan keunggulan geostrategis wilayah Kutai Timur, KEK MBTK akan menjadi pusat pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi seperti industri mineral, gas, dan batu bara. 

Hingga 2025, KEK yang ditetapkan pada Oktober 2014 ini ditargetkan dapat menarik investasi sebesar Rp34,3 triliun dan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kutai Timur hingga Rp4,67 triliun per tahunnya.

Isran menambahkan dengan kepastian yang diberikan BPN, para investor akan otomatis masuk dan berinvestasi di kawasan tersebut.

Di sisi lain, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru mengungkapkan KEK Tanjung Api-Api masih harus merevisi kawasannya karena harus memasukkan Tanjung Carat ke dalam kawasan industri tersebut. Sementara itu, keperluan sarana prasarana dari Pemerintah Daerah (Pemda) sudah dipenuhi, termasuk akses tol yang sudah dapat digunakan.

KEK Tanjung Api-Api ditetapkan melalui PP Nomor 51 Tahun 2014. Kawasan ini memiliki keunggulan geoekonomi yaitu berada di wilayah penghasil karet dan kelapa sawit terbesar di Indonesia.

Selain potensi daerah di sektor agro, KEK Tanjung Api-Api juga memiliki potensi  gas bumi dan batu bara yang melimpah.

KEK itu juga memiliki keunggulan geostrategis yaitu dekat dengan akses utama Sumatera bagian selatan ke ALKI I dan sebagai pintu gerbang kegiatan ekspor impor wilayah Sumsel dan sekitarnya.

Dengan kegiatan utama di bidang industri karet, kelapa sawit, petrokimia, dan logistik, KEK Tanjung Api-Api diharapkan dapat menarik investasi sebesar Rp125 triliun hingga 2025 dan menyerap 149.000 tenaga kerja.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper