Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Inggris Theresa May akan menyatakan penentangannya pada referendum kedua Brexit pada Senin (17/12), mengatakan pada parlemen bahwa pengambilan suara akan memecah kepercayaan rakyat Inggris dan menimbulkan kerusakan yang tak bisa diperbaiki di ranah politik.
Dengan May yang mengalami kebuntuan di parlemen terkait dengan keputusannya untuk meninggalkan Uni Eropa dan dengan blok itu yang hampir tidak memberikan jalan bagi parlemen untuk menang, para politisi meminta untuk membuat referendum kedua untuk memecah kebuntuan tersebut.
Namun, May dan para menterinya kemudian membatalkan keputusan pemungutan suara, dengan mengatakan bahwa aksi tersebut hanya akan memperburuk perpecahan yang sudah terjadi sejak keputusan terbesar Inggris pada Perang Dunia II dan mengkhianati pemilih yang mendukung untuk mundur dari Uni Eropa pada referendum 2016.
Hal tersebut juga meningkatkan risiko bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun dalam waktu kurang dari empat bulan, sebuah skenario yang para pebisnis takutkan akan menjadi malapetaka bagi negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia.
“Jangan biarkan kami merusak kepercayaan rakyat Inggris dengan kembali membuat referendum,” ujar May kepada pembuat kebijakan, dikutip dari Reuters, Senin (17/12).
“Jika pemungutan suara kembali dilakukan, akan memberikan dampak yang tidak bisa diperbaiki dalam integritas politik kami, karena akan tersampaikan kepada jutaan rakyat yang percaya pada demokrasi bahwa demokrasi kami tidak terlaksana. Pemungutan suara lebih lanjut juga tidak akan membawa kemajuan dibandingkan dengan yang terakhir kali,” imbuh May.
May kembali ke parlemen setelah mengunjungi Brusel pada pekan lalu ketika dia memanggil para pimpinan Uni Eropa untuk mengajukan jaminan pada “backstop” d Irlandia Utara – kebijakan jaminan untuk mencegah kembalinya permasalahan perbatasan Inggris dan Irlandia yang akan menjebak Inggris untuk melakukan Brexit.
Namun, para pimpinan Uni Eropa mengatakan akan memberikan bantuan pada May. Mereka memperingatkan bahwa Perdana Menteri Inggirs itu tidak bisa menegosiasikan ulang kesepakatan yang sudah disepakati pada awal tahun ini.