Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor Jepang secara tak terduga turun pada September, penurunan pertama dalam hampir dua tahun, akibat dampak bencana alam terhadap aktivitas perekonomian.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dirilis hari ini, Kamis (18/10/2018), nilai ekspor negeri Sakura turun 1,2% pada September dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Raihan ini berbanding terbalik dengan proyeksi untuk kenaikan 2,1%.
Di sisi lain, harga energi yang lebih tinggi mendukung impor Jepang naik 7% bulan lalu, meskipun lebih rendah dari estimasi kenaikan sebesar 13,7%.
Adapun neraca perdagangan mencatat surplus sebesar 139,6 miliar yen (US$1,2 miliar), berlawanan dengan prediksi untuk defisit sebesar 45,1 miliar yen.
Pertumbuhan ekspor Jepang telah melambat sepanjang tahun ini setelah mampu mencatat ekspansi dua digit pada 2017. Penurunan pengiriman pun menambah kemungkinan pelemahan ekspansi ekonomi Jepang kuartal ini setelah lonjakan pada kuartal yang berakhir pada Juni.
Dilansir Bloomberg, topan Jebi pada bulan September menutup bandara utama yang merupakan titik keberangkatan untuk sekitar 7% pengiriman dari jantung manufaktur di sekitar Osaka. Sementara itu, gempa di Hokkaido memutus aliran listrik ke seluruh pulau di utara Jepang, sehingga mengganggu rantai pasokan.
Baca Juga
Ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, pun turun 1,7%, bersama dengan turunnya pengiriman ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Ekspor telah melambat jadi ini mungkin bukan hanya tentang bencana alam,” kata Norio Miyagawa, seorang ekonom di Mizuho Securities Co. "Sebagian mencerminkan sedikit pelemahan dalam ekonomi global, termasuk China.”
Meski demikian, ia menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan dampak perang perdagangan antara AS dan China terhadap ekspor Jepang.
“Ekspor bersih mungkin masih menjadi penghambat pertumbuhan PDB pada kuartal ketiga,” ujar Thieliant dari Capital Economics, dalam risetnya. “Sekarang terlihat seperti aktivitas ekonomi terhenti pada kuartal III.”
Secara terpisah, Departemen Keuangan AS dalam laporan semalam menyatakan khawatir tentang defisit perdagangan besar dengan Jepang, sehingga membuatnya masuk dalam pantauan daftar mata uang, bersama dengan China, Korea Selatan, India, Jerman, dan Swiss.
Neraca perdagangan global Jepang pada September, yang disesuaikan secara musiman, menunjukkan defisit sebesar 238,9 miliar yen. Adapun ekspor ke AS tergelincir 0,2% pada September dan ekspor ke UE turun 4,1%.