Bisnis.com, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) dinilai harus meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana guna mendorong peralihan muatan barang dari jalan raya (trucking) ke kereta api logistik.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan fasilitas tersebut di antaranya berupa cold storage yang berkaitan dengan komoditas perishable goods (PER) atau mudah rusak seperti buah-buahan.
Dia menilai sejauh ini jarang tersedia gerbong berpendingin guna mengakomodir komoditas tersebut, walaupun sebenarnya penting untuk menjaga keutuhan barang.
Selain itu, ketersediaan reefer plug atau soket listrik untuk refeer container juga sangat penting.
"[Reefer plug] itu harus tersedia. Contoh, buah impor sampai ke Tanjung Perak ketika sampai stasiun sebelum diberangkatkan maka harus diisi dulu daya listriknya [reefer container]," tutur Setijadi kepada Bisnis, belum lama ini.
Di samping itu, PT KAI perlu melakukan perbaikan proses bisnis dari sisi internal perusahaan. Terkadang, pengguna yang akan mengirimkan barangnya melalui kereta api harus mengantre hingga dua hari sehingga membuat waktu dan biaya tidak efisien.
"Dua hal ini [waktu dan biaya] saling terkait, ketika barang itu terlalu lama menunggu di stasiun maka ongkos membengkak sehingga dari sisi internal PT KAI harus melakukan perbaikan," lanjutnya.
Sebelumnya, PT KAI mendorong agar pengusaha beralih menggunakan kereta api muatan barang dalam pengiriman distribusi barang. Saat ini, hampir 90% pengiriman barang masih menggunakan trucking.
Bahkan, perusahaan pelat merah itu tengah mewacanakan kembali pemotongan atau penghapusan PPN 10% agar para pengguna mau menggunakan kereta api sebagai moda transportasi pengiriman barang.