Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-Kanada Lanjutkan Pembicaran NAFTA

Meksiko mengatakan AS dan Kanada masih berupaya melanjutkan pembicaraan tentang North America Free Trade Agreement (NAFTA).
Ilustrasi NAFTA
Ilustrasi NAFTA

Bisnis.com, JAKARTA -- Meksiko mengatakan AS dan Kanada masih berupaya melanjutkan pembicaraan tentang North America Free Trade Agreement (NAFTA).
 
Presiden terpilih Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan Washington sudah mengajukan proposal baru ke Kanada. Menteri Ekonomi Meksiko Ildefonso Guajardo juga menyampaikan pihaknya dan AS akan menunda pengumuman isi kesepakatan kedua negara karena menunggu berlanjutnya negosiasi antara AS dengan Kanada.
 
"Dalam 48 jam ke depan, kita akan tahu apakah ada kesepakatan trilateral atau hanya bilateral," paparnya seperti dilansir Reuters, Sabtu (29/9/2018).
 
Pembicaraan AS-Kanada memang menemui banyak hambatan dan Kanada pun sempat menarik diri selama beberapa waktu dari pembahasan NAFTA. Poin terpenting yang menahan Kanada adalah dukungan besar terhadap pasar produk susu di negara itu dan mekanisme penyelesaian sengketa dagang.
 
Pemerintah AS menghadapi deadline yang sangat mendesak untuk memasukkan teks NAFTA ke Kongres AS. Teks tersebut mesti masuk pada Minggu (30/9) agar bisa ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto sebelum digantikan Lopez Obrador. 
 
Lopez Obrador akan resmi menjabat sebagai presiden Meksiko pada 1 Desember 2018.
 
Meski demikian, Meksiko dan Kanada menegaskan tidak ada deadline dalam pembicaraan NAFTA. Menteri Transportasi Kanada Marc Garneau menyatakan pihaknya fokus pada keuntungan yang akan diterima masyarakat Kanada. 
 
NAFTA sebenarnya sudah berlaku sejak 1994. Namun, Trump ingin perjanjian dagang itu dirombak karena dinilai tidak menguntungkan bagi AS termasuk dalam hal lapangan kerja.
 
Poin lain yang ditekankan Trump adalah naiknya tingkat komponen dari regional untuk kendaraan bermotor dari 62,5% menjadi 75%, di mana 40%-45% di antaranya berasal dari area dengan upah tinggi. Wilayah ini mengacu ke AS.
 
Namun, target tersebut dipandang akan sulit terpenuhi jika Kanada tidak masuk dalam kesepakatan ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper