Bisnis.com, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) membutuhkan dana kurang lebih Rp7,27 triliun untuk membiayai reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat.
Besaran tersebut merupakan estimasi dana untuk prasarana yang membutuhkan sekitar Rp6,04 triliun, pembangunan sarana Rp920 miliar, serta penertiban lahan sebesar Rp230 miliar.
Reaktivasi jalur rencananya dilakukan di empat lokasi yaitu Bandung-Ciwidey, Rancaekek-Tanjungsari, Banjar-Pangandaran-Cijulang, dan Cibatu-Cikajang. Untuk jalur Bandung-Ciwidey, reaktivasi jalurnya sepanjang 37,8 kilometer (km) mulai dari stasiun Cikudapateuh sampai stasiun Ciwidey.
Pembangunannya diproyeksi membutuhkan anggaran Rp2,8 triliun yang mencakup investasi prasarana senilai Rp2,46 triliun untuk membangun trek, signal, dan bangunan. Adapun investasi sarana diperkirakan memerlukan Rp345 miliar, termasuk untuk penertiban lahan.
Jalur kedua yaitu Rancaekek-Tanjungsari memiliki panjang 11,5 km dan diestimasikan membutuhkan dana investasi Rp1,22 triliun. Nilai itu meliputi prasarana senilai Rp1,04 triliun, sarana Rp230 miliar, serta penertiban lahan Rp30 miliar.
Selanjutnya, jalur Banjar-Pangandaran-Cijulang sepanjang 82 km dengan total biaya diproyeksi sebesar Rp2,28 triliun. Biaya itu terdiri atas dana prasarana Rp1,76 triliun, investasi sarana Rp230 miliar, dan penertiban lahan Rp160 miliar.
Terakhir, jalur Cibatu-Cikajang sepanjang 47,5 km membutuhkan anggaran kurang lebih Rp964 miliar yang terbagi atas estimasi investasi prasarana Rp785 miliar, dana sarana Rp115 miliar, dan penertiban lahan senilai Rp40 miliar.
Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub( Budi Karya Sumadi mengatakan saat ini rencana reaktivasi tersebut masih dalam tahap kajian. Apalagi, dari empat jalur tersebut hanya jalur Bandung-Ciwidey yang sudah memiliki Feasibility Study (FS).
Proyek tersebut akan sepenuhnya digarap oleh KAI termasuk siapa mitra yang diajak bekerja sama mengerjakannya.
“Kami kerja samakan dengan KAI sehingga kami akan berikan satu konsesi kereta api,” tuturnya, Senin (17/9/2018).
Budi Karya menerangkan nantinya jalur tersebut akan terhubung dengan Transit Oriented Development (TOD).
“Otomatis itu, karena satu revitalisasi harus dilengkapi dengan fungsi-fungsinya,” tambahnya.