Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menilai deflasi sebesar 0,05% pada Agustus 2018 sebagai modal yang cukup krusial dalam menghadapi lingkungan pasar global yang tidak menentu.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan capaian yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang mencapai 0,28% tersebut menjadi komponen penting dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan dan tahun kalender Agustus 2018 masing-masing sebesar 2,13% dan 3,2%. Dari 82 kota yang disurvei BPS, 52 kota mengalami deflasi dan 30 kota mengalami inflasi.
"Kami melihat angka deflasi yang muncul atau angka inflasi sampai Agustus ini masih cukup kondusif bagi kita untuk terus menjaga stabilitas," tuturnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (3/9/2018).
Menurut Sri Mulyani, hasil berupa stabilitas dari harga-harga ini menjadi salah satu komponen yang penting di tengah bergejolaknya kondisi pasar global.
"Ini penting untuk bisa menjangkarkan kepercayaan diri," imbuhnya.
Dengan demikian, pemerintah akan terus menjaga stabilitas seperti yang selama ini sudah dikomunikasikan, antara lain menjaga sumber dan potensi inflasi pada bulan-bulan ke depan. Komponen yang termasuk di dalamnya antara lain harga pangan dan potensi terjadinya imported inflation sebagai efek pelemahan rupiah.
Menkeu juga menggarisbawahi faktor musiman pada akhir tahun yang berpotensi menimbulkan inflasi dari permintaan yang meningkat.
"Kami akan melihat faktor-faktor ini bersama Bank Indonesia (BI) untuk terus kami jaga agar jangkar stabilitas bisa diperkuat," jelasnya.
Berdasarkan komponen, ada tiga kelompok pengeluaran yaitu sandang, bahan makanan, dan transportasi. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di pendidikan, rekreasi dan olah raga.
Bahan makanan mengalami deflasi 1,1% sehingga andilnya 0,24%. Secara umum, bahan makanan mengalami penurunan dengan komoditas yang dominan antara lain telur ayam dengan andil 0,06%, bawang merah 0,05%, daging ayam ras, serta cabai merah dan cabai rawit dengan andil 0,02%.