Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Produksi Padi Diperkirakan Mundur

Peluncuran data produksi padi menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan mundur paling lambat Oktober karena masih menunggu evaluasi lahan baku sawah.
Petani mengangkut benih padi di area pesawahan Pulo Ampel, Serang, Banten, Rabu (17/1/2018)./Antara-Weli Ayu Rejeki
Petani mengangkut benih padi di area pesawahan Pulo Ampel, Serang, Banten, Rabu (17/1/2018)./Antara-Weli Ayu Rejeki

Bisnis.com, JAKARTA - Peluncuran data produksi padi menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan mundur paling lambat Oktober karena masih menunggu evaluasi lahan baku sawah.

Semula data produksi padi dengan metode KSA ditargetkan dapat dirilis pada Agustus ini. Namun, Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan bahwa peluncuran data anyar tersebut kemungkinan akan mundur dua bulan dari target yang ditetapkan.

Adapun kemunduran tersebut disebabkan BPS sedang menunggu perbaikan luas lahan baku sawah yang dikerjakan oleh Badan Informasi Geospasial [BIG] dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

"Sebetulnya kita kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak Januari. Setiap bulan kita mendatangi 198.000 petak sawah. Kita sedang menunggu perbaikan luas lahan baku sawah. Jadi, untuk menentukan ke sana [data produksi padi], saya harus tahu itu," katanya.

Suhariyanto menjelaskan penghitungan luas lahan produksi oleh BPS sebenarnya sudah selesai namun masih mengacu pada data berdasarkan surat keputusan pada 2013. Namun dengan penghitungan ulang dari BIG dan ATR, Suhariyanto lebih memilih menunggu karena kalau ada konversi-konversi, luas baku lahan akan berkurang.

Suhariyanto mengungkapkan sekalipun ada perbaikan atau evaluasi terhadap luas lahan baku sawah hal tersebut tidak akan memberi hambatan yang berarti. Dalam penelitiannya selama metodologi yang digunakan masih sama, meskipun populasi atau luas lahan berubah tidak akan berpengaruh banyak.

"Observasi lapangan sudah. [Penghitungan] sebetulnya sudah selesai. Tapi menunggu satu sampai dua bulan biar bisa dikalibrasi. Tanggunglah nanti peta satelit dari [BIG], diterjemahkan lebih detail dan ketajamannya tinggi," katanya.

Program Kementerian Pertanian tentang cetak lahan baru pun menurut Suhariyanto akan dapat tertangkap dengan citra satelit oleh BIG sehingga dapat dibuktikan areal penanaman padi bertambah atau tidak.

BPS telah melakukan penghitungan data bersama BPPT mulai awal tahun ini. Data tersebut nantinya akan menjadi salah satu cara pemerintah untuk mengkalkulasi potensi panen padi dalam tiga bulan ke depan.

Metode KSA diukur pada 198.000 titik sawah pada peta daerah produsen padi. Setelah diukur,  akan ada pengecekan oleh petugas pada setiap titik guna mengetahui berhasil atau gagalnya kegiatan panen. 

Selain itu, BPS juga mengukur produktivitas lahan dengan cara mengumpulkan data ubinan sawah  berukuran 2,5 meter dikali 2,5 meter.  Setelah berhasil diukur, hasil panen setiap petak ubin bakal ditimbang. Data produktivitas itulah yang nantinya  bakal dikalikan dengan luas panen yang hasilnya digunakan menjadi data produksi.

Data tersebut selain digunakan oleh pemerintah juga akan digunakan oleh Perum Bulog sebagai data acuan penyediaan, pemanfaatan serta pengembangan data dan informasi statistik di Bidang Pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper