Bisnis.com, JAKARTA – PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (kode saham KIJA) memberi sinyal hendak mengelola kawasan ekonomi khusus di Provinsi Bangka Belitung.
Chairman Jababeka Group Darmono Setyono Djuandi mengatakan perusahaan itu pengembang dua KEK. Pertama, di Tanjung Lesung, Banten, yang telah dikelola selama 25 tahun. Kedua, di Morotai, Maluku Utara, yang baru dikelola oleh Jababeka 7 tahun.
“Proyek di luar Jawa, selain Tanjung Lesung ya Morotai. Kami mengincar juga di Bangka Belitung,” kata Darmono.
Berdasarkan penelusuran Bisnis, Bangka Belitung memang masuk dalam 20 besar lokasi yang dicatat Jababeka sebagai kawasan potensial untuk industri dan pengembangan ekonomi baru. Beberapa di antaranya adalah Sei Mangkei, Banda Aceh, Pontianak, Ambon, Sorong, Bitung, dan Kaimana.
Sebelumnya, Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Bangka Belitung Thomas Jusman mengungkapkan ada dua KEK yakni KEK Tanjung Gunung di Kabupaten Bangka Selatan, dan KEK Pantai Timur Sungailiat di Kabupaten Bangka yang sudah diajukan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk diproses ke pemerintah pusat.
Adapun pengembangan dua KEK ini bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui masuknya lebih banyak investasi di Pulau Bangka.
"Kalau restu dari pemerintah pusat turun, maka kedua KEK ini akan melengkapi Kawasan Strategis Prioritas Nasional (KSPN) Tanjung Kelayang yang berlokasi di Pulau Belitung, pulau terbesar kedua di provinsi ini," tutur Thomas.
Dia meyakini keberadaan KEK bakal mendorong lebih banyak investasi baik dari luar daerah maupun luar negeri masuk ke provinsi tersebut.
Menurut dia, sudah ada investor yang menarik minat pada potensi properti dan pariwisata di Bangka Belitung, tetapi masih minim realisasi. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis untuk menarik lebih banyak lagi investor untuk menanamkan modal di Babel perlu dilakukan.
"Potensi alam sangat besar, dan sektor pariwisata merupakan masa depan buat daerah ini. Keindahan alam khususnya pantai adalah anugerah Tuhan untuk masyarakat Babel, tinggal bagaimana mengelolanya dengan baik, dan perlu dukungan kebijakan dari pemerintah baik pusat maupun daerah," tutur Thomas.
Salah satu upaya agar Bangka Belitung semakin menarik bagi investor adalah dengan menyiapkan KEK pariwisata yang di dalamnya dilengkapi dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) terkait perizinan dan penanaman modal, selain kemudahan fasilitas fiskal dan nonfiskal serta dukungan pengembangan infrastruktur.
KEK diharapkan menjadi objek wisata terintegrasi alias integrated area tourism yang dapat menggabungkan keindahan alam, seni budaya, wisata religi dan hingga fasilitas meetings, incentives, conferences, and events alias MICE dalam satu kawasan sekaligus.
"Karena itulah, kami mendukung penuh adanya KEK khusus pariwisata di Bangka untuk melengkapi KEK Tanjung Kelayang yang sudah mulai berjalan di Belitung," ungkap Thomas yang juga Ketua Kadin Provinsi Bangka Belitung.
Dia memberi contoh KEK Pantai Timur Sungailiat yang berlokasi di sekitar kawasan wisata Tanjung Pesona memiliki potensi untuk pengembangan perhotelan dan resort, wisata bahari, wisata budaya yang ada di Bangka. Khususnya kebudayaan dari etnis Melayu dan Tionghoa. Ada pula sport tourism, agro-tourism, bahkan wisata keagamaan.
Thomas yang ikut memprakarsai KEK Pantai Timur Sungailiat mengaku keseluruhan luas lahan yang diusulkan sekitar 300 hektar di dalam 600 hektar kawasan pengembangan wisata. Menurut dia, lahan yang diajukan sudah mendapat dukungan penuh dari Pemprov Bangka Belitung.
Ketua Umum DPP REI Soelaeman Soemawinata pun memberikan dukungan penuh terhadap rencana Pemprov Bangka Belitung membangun dua KEK pariwisata sekaligus.
Dia berharap kedua KEK yang masih sedang dalam proses kajian di Dewan KEK Nasional bisa saling melengkapi guna mempercepat pembangunan sektor pariwisata di daerah itu.
"Semakin banyak KEK, maka investor memiliki banyak pilihan. Saya pikir ini ide dan prakarsa yang baik untuk memajukan sektor properti dan pariwisata di Bangka Belitung," ungkap Soelaeman.