Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPTL 2018-2027, Target Kapasitas Pembangkit Listrik Dipangkas

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memangkas target kapasitas pembangkit listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 20182027 menjadi 56.024 megawatt (MW).
Teknisi melakukan perawatan rutin perbaikan jaringan listrik di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (12/2)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Teknisi melakukan perawatan rutin perbaikan jaringan listrik di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (12/2)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memangkas target kapasitas pembangkit listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018—2027 menjadi 56.024 megawatt (MW).

Sebelumnya, dalam RUPTL 2017—2026, kapasitas pembangkit listrik terpasang ditarget dapat mencapai 77.873 MW pada 2026.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pengurangan target kapasitas tersebut disebabkan adanya penyesuaian dengan rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik nasional.

"Waktu buat RUPTL 2017 itu kami mengikuti program yang kami yakin bahwa kebutuhannya  itu lebih tinggi daripada sekarang. Sekarang kita lihat pertumbuhan listrik cuma 7%," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (13/3).

Jonan menegaskan, penyusunan RUPTL 2018—2027 menggunakan asusmsi pertumbuhan kebutuhan listrik 6,86% per tahun. RUPTL 2017—2026 menggunakan asumsi pertumbuhan listrik sebesar 8,3%.

Dari pengurangan kapasitas tersebut, pengurangan paling banyak terjadi pada pembangkit listrik tenaga gas (PLTG/PLTGU) sebesar 10.000 MW.

Bila dirinci, Jonan menyebutkan, pengurangan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 5.000 MW, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 5.000 MW, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dikurangi sekitar 1.700 MW.  Porsi pembangkit listrik energi terbarukan meningkat dari sekitar 1.200 MW menjadi 2.000 MW.

"EBT [energi baru terbarukan] lain seperti bayu, solar PV, biomassa, dan biogas. Nah itu nambah. Ini yang kita lihat, bahwa yang lebih realistis dari kemampuan untuk membangun ini semua. Kalau 10 tahun 65.000 MW. Ya setahun 6.000 MW," kata Jonan.

Kapasitas pembangkit yang dipangkas akan digeser hingga tahun 2030. "Yang nggak masuk pembangkit yang belum diapa-apain, dibahas juga belum. Kalau yang sudah PPA [perjanjian jual beli listrik] tetap jalan."

Bauran energi pembangkit listrik sampai dengan 2025 ditargetkan untuk batu bara sebeaar 54,4%, energi baru terbarukan 23%, gas 22,2%, dan BBM ditekan hingga 0,4%.

 

JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memangkas target kapasitas pembangkit listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018—2027 menjadi 56.024 megawatt (MW).

Sebelumnya, dalam RUPTL 2017—2026, kapasitas pembangkit listrik terpasang ditarget dapat mencapai 77.873 MW pada 2026.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pengurangan target kapasitas tersebut disebabkan adanya penyesuaian dengan rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik nasional.

"Waktu buat RUPTL 2017 itu kami mengikuti program yang kami yakin bahwa kebutuhannya  itu lebih tinggi daripada sekarang. Sekarang kita lihat pertumbuhan listrik cuma 7%," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (13/3).

Jonan menegaskan, penyusunan RUPTL 2018—2027 menggunakan asusmsi pertumbuhan kebutuhan listrik 6,86% per tahun. RUPTL 2017—2026 menggunakan asumsi pertumbuhan listrik sebesar 8,3%.

Dari pengurangan kapasitas tersebut, pengurangan paling banyak terjadi pada pembangkit listrik tenaga gas (PLTG/PLTGU) sebesar 10.000 MW.

Bila dirinci, Jonan menyebutkan, pengurangan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 5.000 MW, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 5.000 MW, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dikurangi sekitar 1.700 MW.  Porsi pembangkit listrik energi terbarukan meningkat dari sekitar 1.200 MW menjadi 2.000 MW.

"EBT [energi baru terbarukan] lain seperti bayu, solar PV, biomassa, dan biogas. Nah itu nambah. Ini yang kita lihat, bahwa yang lebih realistis dari kemampuan untuk membangun ini semua. Kalau 10 tahun 65.000 MW. Ya setahun 6.000 MW," kata Jonan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper