Bisnis.com, JAKARTA— Pembangunan proyek kereta cepat Jakarta - Bandung sudah bisa dimulai pada bulan ini.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan menteri BUMN Rini Soemarno sudah mengatakan bahwa pembangunan proyek itu bisa dimulai Maret ini.
“[Untuk lahan] saya belum tahu, belum dapat laporan, kan yang [melakukan] studi Kementerian BUMN, cuma Maret ini sudah bisa ada pembangunan, kemarin bu Menteri [BUMN] katakan Maret ini ada pembangunan,” kata Budi Karya, Rabu (28/2/2018).
Terkait biaya, Budi Karya mengaku belum mendapatkan informasi resmi berapa nilai proyek kereta cepat Jakarta -Bandung itu.
Pasalnya, belum lama ini biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung disebutkan akan bertambah dari US$ 5,9 miliar (sekitar Rp80,3 triliun) menjadi US$ 6,071 miliar (sekitar Rp82,7 triliun).
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Dwi Windarto mengatakan, penambahan sekitar Rp2 triliun untuk membiayai asuransi selama pengerjaannya.
Baca Juga
Selain itu, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung juga diwajibkan memiliki debt service reserve account (DSRA). Menurut Dwi, seluruh tambahan tersebut meningkatkan nilai investasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga US$100 juta.
Menurutnya, nilai tersebut nantinya akan didapat sebesar 25% dari ekuitas KCIC yang berasal dari Beijing Yawan dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan komposisi 40:60. Sementara 75% sisanya akan berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB).
"Sebesar 75% CDB, 25% dari ekuitas pemegang saham," kata Dwi.
Kendati begitu, pencairan pinjaman dari CDB untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung masih terhambat hingga saat ini. Hal tersebut lantaran belum terbebasnya seluruh lahan untuk kereta cepat Jakarta-Bandung.