Bisnis.com, JAKARTA – Qantas Group tengah menjalankan program rekrutmen dan pelatihan terbesar di sepanjang sejarah perusahaan, seiring dengan adanya revitalisasi armada dan perluasan jaringan,
Sebagai bagian dari upaya Qantas untuk menciptakan jaringan tenaga kerja yang berkelanjutan, maskapai nasional Australia ini akan mendirikan Qantas Group Pilot Academy pada 2019.
Pada awal berdirinya, akademi tersebut akan berfokus melatih hingga 100 pilot baru setiap tahunnya untuk langsung bergabung dengan Grup.
Tergantung pada permintaan dari sektor-sektor lainnya di industri penerbangan, angka ini dapat tumbuh hingga 500 pilot per tahun dengan skema fee-for-service. Rencana ini mencerminkan investasi sebesar hingga Aus$20 juta dari struktur biaya tahun keuangan 2019.
“Qantas juga telah mengumumkan beberapa investasi tambahan untuk meningkatkan kepuasan konsumen,“ ungkap Group CEO Alan Joyce dalam siaran pers pada Minggu (25/2/2108).
Investasi tersebut digunakan untuk beberapa hal. Pertama, renovasi Sydney International Business Lounge secara menyeluruh, termasuk peningkatan kapasitas sebesar 30%.
Kedua, peluncuran layanan Wi-Fi untuk rute domestik, kira-kira pada satu pesawat setiap pekannya. Sebanyak 22 pesawat Boeing 737 telah dilengkapi dengan jaringan Internet.
Ketiga, menjalankan Project Sunrise agar Qantas bisa mulai mengoperasikan penerbangan tanpa transit dari pantai timur Australia ke London dan New York pada 2022.
“Tahun ini merupakan tahun transisi bagi Qantas International dan landasan untuk masa depan yang lebih cerah,” kata Joyce.
”Kami telah menambahkan Dreamliner dalam armada Qantas, serta melakukan sejumlah perubahan penting pada rute penerbangan ke Eropa dan di jaringan Australia-Selandia Baru, yang akan membawa keuntungan signifikan untuk tahun keuangan 2019,” tambahnya.
Ke depan, Qantas Group memproyeksikan pertumbuhan permintaan konsumen yang sehat, sejalan dengan membaiknya situasi global.