Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Qantas Tutup Jetstar Asia 31 Juli 2025, Imbas Kenaikan Beban dan Persaingan Ketat

Penutupan Jetstar Asia yang berusia 20 tahun pada bulan depan itu akan berdampak pada sekitar 500 karyawan kehilangan pekerjaan.
Pesawat Jetstar di Bandara Changi, Singapura pada 6 Februari 2014/Reuters-Edgar Su
Pesawat Jetstar di Bandara Changi, Singapura pada 6 Februari 2014/Reuters-Edgar Su

Bisnis.com, JAKARTA - Maskapai asal Australia Qantas Airways akan menutup bisnis penerbangan berbiaya murah Jetstar Asia, yang berpusat di Singapura.

Dilansir Reuters, Rabu (11/6/2025), pengumuman itu disampaikan oleh Qantas Group dengan menambahkan kenaikan biaya supplier, biaya bandara tinggi, dan persaingan ketat di pasar regional menjadi alasan keputusan tersebut.

Penutupan maskapai berusia 20 tahun pada bulan depan itu akan berdampak hingga 500 karyawan kehilangan pekerjaan, kata juru bicara Qantas. Tak hanya itu, 13 pesawat Airbus A320 Jetstar Asia juga ikut terimbas dan akan diterbangkan kembali ke Australia dan Selandia Baru.

Maskapai yang beroperasi di wilayah Asia, termasuk rival Jetstar seperti Scoot milik Singapore Airlines, AirAsia yang berbasis di Malaysia, serta VietJet Aviation, telah meningkatkan kapasitas bisnis usai pandemic, yang mendorong persaingan ketat antar maskapai berbiaya murah.

Jetstar Asia, yang mengoperasikan 16 rute intra-Asia dari Bandara Changi Singapura, telah menghadapi tantangan yang semakin besar dalam beberapa tahun terakhir dan tidak mampu memberikan keuntungan yang sebanding dengan pasar inti yang berkinerja lebih kuat dalam grup Qantas, kata perusahaan itu.

Maskapai penerbangan tersebut telah mengalami kenaikan biaya yang sangat tinggi di Singapura, termasuk kenaikan dua digit dalam biaya bahan bakar, biaya bandara, biaya penanganan di darat, dan biaya keamanan, kata CEO Jetstar Group Stephanie Tully kepada wartawan.

Jetstar Asia, yang menurut Tully hanya melaporkan laba dalam enam dari 20 tahun operasinya, diperkirakan akan membukukan kerugian mendasar sebesar 35 juta dolar Australia (US$22,76 juta) sebelum bunga dan pajak dalam tahun keuangan yang berakhir pada 30 Juni.

Maskapai tersebut mengatakan penutupan Jetstar Asia akan menghasilkan dana hingga 500 juta dolar Australia untuk digunakan kembali ke bisnis intinya berdasarkan nilai 13 pesawat, termasuk kemampuan untuk mengganti pesawat sewaan mahal yang digunakan Jetstar Airways Australia di dalam negeri.

Jetstar Asia akan secara bertahap mengurangi jadwalnya sebelum ditutup pada 31 Juli 2025. Pelanggan pada penerbangan yang dibatalkan akan ditawarkan pengembalian uang penuh dan dipindahkan ke maskapai lain jika memungkinkan.

Qantas mengatakan akan menanggung kerugian finansial satu kali sebesar sekitar 175 juta dolar Australia dari penutupan Jetstar Asia selama dua tahun keuangan.

Adapun, saham Qantas diperdagangkan sekitar 1% lebih rendah. Grup tersebut mengatakan pada hari ini bahwa mereka terus melihat permintaan yang kuat di seluruh bisnis domestik dan internasionalnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper