Bisnis.com, JAKARTA — Lelang konstruksi proyek jalan tol tol Serang—Panimbang seksi 2 dengan nilai investasi Rp3,30 triliun belum dapat dimulai karena masih menunggu persetujuan Kementerian Keuangan perihal skema availability payment yang akan diterapkan di ruas itu.
Kepala Panitia Pelelangan Pengusahaan Jalan Tol Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Eka Pria Anas mengatakan bahwa proses penawaran belum bisa dilakukan karena saat ini pihaknya masih menunggu persetujuan perihal proses pembiayaan dengan skema availability payment dari Kementerian Keuangan.
“Saat ini masih menunggu persetujuan final AP [availability payment] dari Kemenkeu,” katanya kepada Bisnis, Selasa (13/2/2018).
Availability payment merupakan alternatif bagi pemerintah agar tidak mengeluarkan dana untuk pembayaran proyek infrastruktur dalam sekali bayar, tetapi dapat dibayarkan secara bertahap sesuai dengan kesepakatan bersama badan usaha terkait.
Kendati masih menunggu persetujuan Kemenkeu, Eka mengharapkan agar proses lelang bisa dimulai setidaknya pada kuartal pertama 2018. Proyek jalan tol Serang—Panimbang memang direncanakan untuk dilelang pada tahun ini bersama dengan delapan ruas tol lainnya. “Sedang diusahakan,” kata Eka.
Pembangunan jalan tol Serang—Panimbang sepanjang 83,70 kilometer dibagi menjadi tiga seksi yakni seksi 1 (Serang—Rangkas Bitung) sepanjang 26,50 kilometer, seksi 2 (Rangkas Bitung—Bojong) sepanjang 33 kilometer, dan seksi 3 (Bojong—Panimbang) 24,40 kilometer.
Baca Juga
Dalam proyek yang dibangun dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) tersebut, pemerintah hanya akan mengerjakan seksi 2 sepanjang 33 kilometer, sedangkan 50,70 kilometer sisanya dikerjakan oleh PT Wijaya Karya Serang Panimbang.
Sebelumnya, lima konsorsium dinyatakan lulus prakualifikasi dan akan masuk ke tahapan selanjutnya dalam proses lelang Serang—Panimbang seksi 2 (Rangkasbitung—Bojong) sepanjang 33 kilometer dengan skema availability payment.
Kelima konsorsium/perusahaan itu adalah Konsorsium PT Pembangunan Perumahan Tbk.-Nindya Karya; PT Waskita Karya, serta tiga konsorsium dari China yaitu China Harbour Indonesia; Konsorsium China Communications Construction Indonesia-PT Wijaya Karya Tbk.-MMM; dan China State Construction Engineering Cooperation.