Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pencabutan Bea Masuk Tak Banyak Bantu Produsen Filamen Nilon

Produsen benang filamen nilon menilai pencabutan bea masuk anti dumping oleh India tidak akan berdampak besar bagi industri dalam negeri dalam jangka pendek.
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat./JIBI-Rahmatullah
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat./JIBI-Rahmatullah

Bisnis.com, JAKARTA—Produsen benang filamen nilon menilai pencabutan bea masuk anti dumping oleh India tidak akan berdampak besar bagi industri dalam negeri dalam jangka pendek.

Redma Gita Wiraswasta, Sekjen Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APsyFI) mengatakan semenjak pengenaan bea masuk oleh India pada 2006 maka praktis tidak banyak lagi produsen benang nilon yang mengekspor ke India. Apalagi produksi jenis produk ini juga tidak dominan dari awal. 

"Ekspor ke India tidak banyak, tidak sampai 5.000 ton. Paling dua kontainer per bulan. Dengan pencabutan ini bisa naik dua kali lipat menjadi empat kontainer per bulan," kata Redma, Selasa (23/1/2018). 

Dia mengatakan ekspor nilon ke India ini membuka peluang bagi produsen untuk memaksimalkan kapasitas yang sudah ada. Namun dalam jangka pendek produsen tidak akan meningkatkan produksi. Pencabutan bea masuk juga tidak mempengaruhi persepsi negara di luar India yang akan meningkatkan produk benang dari Indonesia

Produsen juga meminta perlindungan pemerintah dari serbuan produk impor. Redma mengatakan pertumbuhan industri tekstil terus tertekan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, pertumbuhan tahun ini ditargetkan hanya 2% mencapai 3%. 

"Itu pun tergantung pemerintah, terjadi peningkatan permintaan pada semester III dan IV/2017 karena ada pengetatan impor. Kalau itu dilonggarkan lagi maka kami menuju deindustrialisasi," katanya.

Komitmen pemerintah ini akan menjadi pijakan para produsen ke depan. Pasalnya jika impor diperlonggar maka produsen akan beralih menjadi importir karena jauh lebih murah dan mudah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper