Bisnis.com, JAKARTA - Komoditas beras harus melalui banyak titik dalam jalur distribusi hingga sampai kepada konsumen yang mengakibatkan tingginya harga dan menjelaskan mengapa banyak petani ternyata tidak menikmati harga yang tinggi tersebut.
"Beras harus melalui empat sampai enam titik distribusi sebelum sampai ke tangan konsumen," kata Kepala Center for Indonesian Policy Studies, Hizkia Respatiadi, di Jakarta, Rabu (17/1/2018).
Menurut Hizkia Respatiadi, panjangnya rantai distribusi beras di Tanah Air menyebabkan harga beras tinggi dan merugikan beberapa pihak seperti petani dan pedagang eceran.
Dia memaparkan, titik pertama adalah saat petani akan menjual beras yang sudah dipanen kepada tengkulak atau pemotong padi, yang akan mengeringkan padi dan menjualnya kepada pemilik penggilingan.
Setelah padi digiling menjadi beras, pemilik penggilingan akan menjual beras tersebut ke pedagang grosir berskala besar yang memiliki gudang penyimpanan.
Kemudian pedagang grosir berskala besar ini akan kembali menjual beras tersebut kepada pedagang grosir berskala kecil di tingkat provinsi (seperti di Pasar Induk Beras Cipinang) atau kepada pedagang grosir antar pulau.
Petani jual beras panen ke tengkulak/ pemotong padi | Pemotong padi menjual ke pemilik penggilingan. | Penggilingan menjual beras ke pedagang grosir skala besar/pemilik gudang
| Grosir skala besar jual ke grosir tingkat provinsi (seperti Pasar Induk Beras)/ antar pulau. | Pihak terakhir inilah menjual ke pedagang eceran. | Eceran kepada konsumen |
Pihak terakhir inilah yang akan menjual beras kepada para pedagang eceran.
"Dalam setiap rantai distribusi, margin laba terbesar dinikmati oleh para tengkulak, pemilik penggilingan padi atau pedagang grosir. Di Pulau Jawa, margin laba ini berkisar antara 60-80 persen per kilogram," ungkap Hizkia.
Komoditas beras harus melalui banyak titik dalam jalur distribusi hingga sampai kepada konsumen
Sebaliknya, menurut dia, para pedagang eceran justru hanya menikmati margin laba dengan kisaran antara 1,8-1,9 persen per kilogram.
Sebelumnya, Bulog diharapkan dapat melibatkan Satgas Ketahanan Pangan dalam mengatasi kondisi permasalahan terkait tingginya harga beras yang kerap terjadi akhir-akhir ini di sejumlah tempat.
"Mohon Bulog libatkan Satgas Pangan, karena mungkin saja mereka tahu di mana kendala beras berada," ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR Michael Wattimena di Jakarta, Senin (15/1).
Menurut Michael, bisa saja terdapat indikasi bahwa ada sejumlah pihak yang dengan sengaja mengakibatkan harga tinggi sehingga dugaan itu juga harus bisa diselidiki.
Untuk itu, ujar dia, Satgas Pangan juga harus bisa bergerak cepat dalam rangka mengetahui apa faktor yang mengakibatkan harga beras melambung.
Selain itu, ia juga mendesak agar Satgas Pangan juga dapat mengungkap apakah ada pihak-pihak yang merugikan hajat hidup orang banyak itu.
Politisi Partai Demokrat ini meminta Bulog untuk segera mengirimkan surat kepada Polri dan Satgas Ketahanan Pangan, sehingga aparat bisa mengungkap dan menangkap para spekulan yang menyebabkan tingginya harga beras tersebut.