Bisnis.com, JAKARTA – Masih ada perdebatan mengenai seberapa besar konsumsi tenaga yang akan dihabiskan oleh para penambang cryptocurrency, seperti Bitcoin, yang tumbuh di seluruh dunia.
Pekan lalu, analis Morgan Stanley mengatakan bahwa penambang Bitcoin dapat menggunakan sebanyak 140 terawatt-jam listrik pada tahun 2018. Angka tersebut mendekati 1% konsumsi listrik global dan cukup untuk merebut pusat perhatian dari mobil listrik sebagai sumber konsumsi daya yang massif.
Pada Selasa (16/1/2018), Credit Suisse Group mengecilkan anggapan bahwa Bitcoin akan menciptakan pertumbuhan kebutuhan daya listrik “yang tidak terkendali".
Analis Credit Suisse mengingat pada prediksi bullish mengenai konsumsi listrik dari petani ganja dan operator data center yang pada akhirnya menemukan cara untuk mengendalikan penggunaan listrik mereka. Credit Suisse memperkirakan hal serupa akan terjadi pada cryptocurrency.
"Ini sangat jauh dari kerusakan lingkungan yang beberapa orang takuti," ungkap tim analis Credit Suisse yang dipimpin oleh Michael Weinstein, seperti dikutip Bloomberg.
Perdebatan tersebut menggarisbawahi betapa sulitnya memproyeksikan permintaan dari kegilaan atas mata uang digital yang telah memiliki utilitas dan pengembang energi terbarukan di seluruh dunia yang memasarkan persediaan mereka ke sektor ini.
Ketika Bitcoin melejit pada tahun 2017, permintaan listrik yang terkait dengannya naik menjadi sekitar 20,5 terawatt-jam setahun, menurut laporan Bloomberg New Energy Finance.
Penambang bitcoin memperoleh bagian Bitcoin setelah melakukan kalkulasi komputer yang kompleks yang diperlukan untuk mengkonfirmasi transaksi. Kalkulasi ini umumnya ditangani oleh kartu grafis dalam komputer atau perangkat komputer khusus untuk menambang Bitcoin.
Isabelle Edwards, seorang di analis BNEF mengatakan walaupun harga yang terus naik telah mendorong lebih banyak aktivitas penambangan biucoin, saat ini masih tidak mungkin untuk mengetahui kemana arah pasar.
Jika harga tetap tinggi, konsumsi energi juga akan meningkat. Namun jumlah listrik yang dibutuhkan untuk menambang Bitcoin bisa turun jika ada perbaikan dalam teknologi komputasi. “Sementara jika harga turun, sejumlah penambang akan sangat mungkin gulung tikar,” kata Edwards.
Morgan Stanley memperingatkan bahwa proyeksi permintaan jelas bukan ilmu pasti namun memperkirakan bahwa penambangan Bitcoin dapat mendorong pertumbuhan energi terbarukan di AS hingga ke China.
Sektor utilitas di Kanada telah menyuarakan antusiasmenya terhadap sektor ini. Hydro-Quebec mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan negosiasi dengan para penambang Bitcoin agar berpindah ke Quebec.
Perusahaan memproyeksikan para penambang akanmeghapiskan menyerap sekitar lima terawatt-jam listrik setiap tahunnya, setara dengan sekitar 300.000 rumah di Quebec, dari surplus daya yang diciptakan oleh bendungan pembangkit listrik tenaga air di wilayah ini.
Credit Suisse menyarankan agar investor berhati-hati dalam berharap mendapat keuntungan signifikan dari pertumbuhan permintaan listrik. Walaupun penambang Bitcoin saat ini menggunakan listrik sebanyak konsumsi daya di Irlandia, mereka sangat tidak mungkin mencapai ambang batas 350 terawatt-jam per tahun, yang setara 1,4% dari permintaan global.
Pada harga Bitcoin dan listrik saat ini, pemasok tenaga dan bahan bakar mungkin memiliki peluang pendapatan global tahunan hingga US$5 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran untuk energi global setiap tahunnya yang mencapai US$6 triliun.
"Ini adalah sebagian kecil dari penggunaan listrik global dan bahkan hanya sedikit dari porsi total pengeluaran energi global," kata laporan tersebut.