Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan mencatatkan sejumlah pencapaian Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada 2017.
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso mengatakan sejumlah pencapaian Ditjen Hubud semua berdasarkan program kerja Ditjen Perhubungan Udara adalah Nawacita dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo, terutama Cita ke-3 dan ke-7. Dia mengatakan bahwa sektor Perhubungan Udara turut membantu Pemerintah dalam mensukseskan program kerja Nawacita tersebut.
Dia menegaskan, pembangunan bandara berfungsi untuk menunjang Cita ketiga yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
“Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan pengembangan bandara di wilayah rawan bencana dan perbatasan. Serta pengembangan pertumbuhan keperintisan melalui pengembangan rute perintis dan subsidi BBM keperintisan,” jelas Agus melalui siaran pers, Senin (1/1).
Selain itu Ditjen Hubud juga mengikuti Nawa Cita ketujuh yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. misalnya, telah dilakukan pembangunan bandara baru, rehabilitasi terminal, membangun jembatan udara yang terintegrasi dengan tol lau, peningkatan jumlah armada pesawat, peningkatan jumlah penumpang pesawat, peningkatan pelayanan perizinan, meningkatkan mutu kualitas layanan dan menciptakan good governance.
Dia menyebutkan selama 2017 dalam bidang kebandarudaraan, selama tiga tahun ini sudah dibangun 15 Bandar Udara baru. Adapun tujuh bandar udara sudah selesai dibangun dan dioperasikan yaitu Bandar Udara Anambas, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Maratua, dan Bandar Udara Koroway Batu.
Selain itu juga ada pengembangan bandar udara di wilayah Selatan Jawa yakni Bandar Udara Wiriadinata, Bandar Udara Wirasaba, Bandar Udara Notohadinegoro, Bandar Udara Gading, Bandar Udara Kulon Progo dan Bandar Udara Banten Selatan.
Dia juga menyebutkan adanya bandar udara terkait Proyek Strategis Nasional Tahun 2017 antara lain; Bandar Udara Baabullah Ternate, Bandar Udara Radin Inten, Bandar Udara Tjilik Riwut, Bandar Udara Syamsudin Noor, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Kulon Progo, Bandar Udara Achmad Yani dan Bandar Udara Sebatik. Rehabilitasi dan pembangunan terminal bandara di tahun 2017 mencapai 2.143.056 meter persegi dan landas pacu 2017 250.083 meter persegi.
“Untuk jembatan udara telah dilakukan pembukaan rute penerbangan dari bandar udara di Papua yang terintegrasi dengan tol laut yaitu rite melalui Bandar Udara Timika, Bandar Udara Dekai, Bandar Udara Wamena, Bandar Udara Nabire, Bandar Udara Oksibil dan Bandar Udara Sentani,” jelas Agus.
Dalm hal angkutan udara, terjadi peningkatan jumlah armada pesawat udara sertifikat AOC 121 dan AOC 135 sehingga sampai dengan tahun 2017 berjumlah 920 pesawat. Peningkatan jumlah pesawat juga diikuti meningkatnya jumlah penumpang dan kargo. Jumlah penumpang domestik pada 2017 berjumlah 94.722.823 penumpang sampai Oktober 2017 meningkat 6,1% dibanding 2016 yang berjumlah 89.281.491 penumpang.
Untuk internasional berjumlah 12.410.095 penumpang pada posisi Oktober menurun 46,9% dibanding tahun 2016 yang berjumlah 23.389.408 penumpang. Sedangkan jumlah kargo domestik 672.434 ton meningkat 13,25 % dibandingkan kargo domestik tahun 2016 yang sebesar 596.397 ton. Sedangkan Kargo internasional tahun 2017 sebesar 150.847 (posisi Oktober) menurun 32 % dibanding tahun 2016 yang sebesar 342.540 ton.
Sementara itu, kata Agus, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan maskapai kepada seluruh masyarakat pengguna transportasi udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara kontinyu melakukan monitoring dan pengawasan terhadap maskapai penerbangan khususnya yang memiliki market share di atas 3%.
Salah satu komponen yang menjadi perhatian adalah tingkat ketepatan waktu alias On Time Performance (OTP). Berdasarkan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN menyatakan capaian OTP ditargetkan 95 %. Kemudian diterbitkan Perpres No. 50 Tahun 2017 tentang Strategi Nasional Perlindungan Konsumen dimana OTP ditargetkan 88%. Capaian OTP tahun 2016 adalah 82,67% sehingga diharapkan target OTP di tahun 2017 sebesar 85% dapat tercapai.
Sedangkan untuk mewujudkan “Good Government” dilakukan melalui peningkatan nilai Audit ICAO USOAP dan Mempertahankan Predikat “Kategori 1” oleh Federal AviationAdministration (FAA) Amerika Serikat.
Terkait hal tersebut, pada tanggal 10 Oktober - 18 Oktober 2017 yang lalu Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah diaudit oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yang melakukan Universal Safety Oversight Audit Programme (USOAP) atau Audit Keselamatan Penerbangan di Indonesia.
Hasil audit secara langsung (on site) atau proses ICVM (ICAO Coordinated Validation Mission) untuk melakukan validasi terhadap Corrective Action Plan (CAP) yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Instansi terkait dengan keselamatan penerbangan seperti BMKG, Badan SAR Nasional dan KNKT yang menunjukkan capaian sebesar 81,15% yang berarti di atas rata-rata dunia yang sebesar 62%.
Ada delapan area yang menjadi fokus ICVM dari ICAO, yaitu Legislation (LEG), Organization (ORG), Personnel Licensing (PEL), Airworthiness (AIR), Operations (OPS), Air Navigation (ANS), Aircraft Investigation (AIG) dan Aerodromes (AGA).
"Tren positif ini merupakan hasil kerjasama dan kerja cerdas dari semua pemangku kepentingan di penerbangan Indonesia. Baik itu dari operator bandara, maskapai, navigasi penerbangan, groundhandling, regulator Ditjen Perhubungan Udara dan masyarakat sebagai penumpang pesawat," ujar Agus.
"Kami akan selalu melakukan pengawasan ketat baik untuk keselamatan, keamanan maupun kenyamanan penerbangan sesuai aturan CASR Internasional dan nasional. Inspektor kami tidak akan segan melakukan audit khusus untuk memastikan tiga hal tersebut terpenuhi sehingga penerbangan nasional semakin maju dan diakui dunia internasional," lanjut Agus lagi.
Di Indonesia, ungkap Agus, tren positif penerbangan nasional juga diharapkan mampu mendongkrak perekonomian daerah dan nasional. Terutama untuk memudahkan investor masuk dan mengembangkan pariwisata yang diharapkan menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. pada 2018 ini, Ditjen Perhubungan Udara akan meneruskan trend kinerja positif yang sudah dicapai pada 2017.
Dalam hal kebandarudaraan, pada 2018 akan diresmikan empat bandar udara baru yaitu Bandara Kertajati, Bandara Samarinda Baru, Bandara Tebelian- Kalimantan Barat dan Bandara Pantar-NTT.
Untuk pengembangan bandar udara yang selama ini dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Udara juga akan dilakukan alternatif pembiayaan yaitu Kerjasama Operasi KSO, KSP, KPBU dan PMN
Bandara yang akan dilakukan KSO adalah Bandara Sentani- Jayapura, Juwata- Tarakan, Radin Inten II – Lampung, Mutiara Sis Aljufri – Palu, Hanandjoeddin (Tanjung Pandan), Djalaluddin- Gorontalo, Fatmawati – Bengkulu dan Kalimarau – Berau. Sementara bandara yang akan dilakukan KSP adalah Bandara Syukuran Aminudin Luwuk , FL. Tobing – Sibolga dan Maimun Saleh – Sabang.
Untuk bandara yang akan dilakukan KPBU adalah Bandara Bali Utara dan Komodo – Labuan Bajo. Sedangkan bandara yang akan dilakukan PMN adalah Bandara Blimbingsari -Banyuwangi, Wirasaba -Purbalingga dan Notohadinegoro- Jember.
Untuk jumlah total penumpang domestik ditargetkan menjadi 97.831.297 juta penumpang atau naik 3,28% dibanding 2017. Sedangkan penumpang internasional ditargetkan menjadi 12.823.327 juta penumpang atau naik 3,33% dibanding 2017.