Bisnis.com, NINGBO, China — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengungkapkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7 di Serang, Banten menjadi pembangkit dengan harga jual listrik termurah di Indonesia, yaitu US$4,3 sen per kWh.
PLTU Jawa 7 berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) itu dibangun oleh China Shenhua Energy Company, pengembang listrik asal China. Shenhua menggandeng PT Pembangkitan Jawa Bali, anak perusahaan PLN.
Dirut PLN Sofyan Basir mengatakan bahwa harga jual listrik dari PLTU Jawa 7 US$4,3 sen per kWh itu merupakan yang terendah dibandingkan dengan pembangkit lainnya.
“Ini lebih rendah satu sen dari pembangkit listrik lain,” tutur Sofyan saat mengunjungi PLTU Ninghai di Ningbo, China, Rabu (6/12).
Ninghai merupakan pembangkit listrik yang dibangun oleh Shenhua dengan kapasitas 4x600 MW dan 2x1.000 MW.
PLTU Jawa 7 akan menggunakan teknologi serupa dengan pembangkit listrik yang berjarak 4 jam perjalanan mobil dari Kota Shanghai tersebut.
Sofyan menggambarkan, setiap PLTU berkapasitas 1.000 MW, setiap US$1 sen harga jual listrik yang lebih murah, akan menciptakan penghematan Rp1,8 trililun per tahun.
“Dengan masa kontrak jual beli 25 tahun, PLN hemat Rp45 triliun. Jawa 7 punya kapasitas 2x1.000 MW, berarti biaya yang dihemat bisa Rp90 triliun,” kata Sofyan.
Sebagai perbandingan, harga jual listrik dari PLTU Tanjung Jati berkapasitas 2x650 MW mencapai US$5,5 sen per kWh, sedangkan PLTU Batang 2x1.000 MW seharga US$5,3 sen per kWh.
Li Wei, General Manager Shenhua Guohua Electric Power Company—unit usaha yang mengendalikan pembangkit listrik China Shenhua Energy—mengatakan bahwa kebutuhan batu bara untuk menghasilkan 1 kWh di PLTU Jawa 7 hanya 287 gram. “Ini lebih efisien 2 gram dibandingkan dengan Ninghai Power Plant. Ini karena teknologinya lebih maju,” kata Li Wei.
Saat ini, tuturnya, Shenhua juga melakukan transfer teknologi dengan melatih 35 pegawai Indonesia di Pembangkit Taishan selama setahun sebelum Jawa 7 beroperasi. “Jumlah itu akan terus ditambah karena kami memerlukan operator hingg 200 orang.”
Saat ini, konstruksi PLTU Jawa 7 sudah mencapai 41% dan direncanakan beroperasi pada September 2019, 3 bulan lebih cepat dari rencana awal.
Direktur Pengadaan Strategis PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, konstruksi berlangsung lebih cepat dari perkiraan dengan biaya yang efisien.
Di PLTU Jawa 7, Shenhua memegang saham 70%, sedangkan PJB 30%. Shenhua dan PJB membentuk perusahaan patungan PT Shenhua Guohua Pembangkitan Jawa Bali (PT SGPJB).
Proyek ini telah mendapatkan dana dari China Development Bank untuk pembangunan pembangkit tersebut. Semula, investasi yang diperlukan untuk membangun proyek diperkirakan mencapai US$2miliar.
Namun, Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi F. Roekman mengatakan, investasi PLTU Jawa 7 bisa dihemat menjadi US$1,8 miliar. Menurutnya, efisiensi tersebut menjadikan pembangkit itu sebagai pembangkit termurah dibandingkan sejenisnya di Indonesia.
Bagi PLN, tutur Syofvi, harga pembelian listrik dari PLTU Jawa 7 merupakan yang termurah. “Kami bisa dapat [US$] 4,3 sen per kWh. Padahal proyek ini tanpa garansi pemerintah. Ini menunjukkan betapa efisiennya.”
Yuan Zhongju, Business Development Manager Representative Indonesia Senhua Electric, mengatakan bahwa PLTU Jawa 7 akan bisa dioperasikan pada September 2019. “Pada tahap pertama akan beroperasi unit 1 dengan kapasitas 1.000 MW. Unit 2 kami perkirakan pada 2020,” tutur Yuan.
Menurut Iwan, kebutuhan batu bara PLTU Jawa 7 sebanyak 8 juta ton per tahun akan dipasok oleh lebih dari satu perusahaan. “Itu agar kita mendapatkan harga yang kompetitif dan kepastian pasokan.”
Sejumlah perusahaan tambang saat ini tengah mengikuti proses lelang pengadaan batu bara untuk Jawa 7. Sumber Bisnis menyebutkan, PT Adaro Energy Tbk. dan PT Kaltim Prima Coal, adalah dua perusahaan yang ikut serta dalam lelang itu.
Teknologi yang digunakan pada PLTU Jawa 7 adalah ultra super critical boiler sebagai teknologi baru di bidang pembangkitan yang berbahan bakar batu bara kalori rendah (4.000–4.600 kkal/kg AR).
Jenis pembangkit ini dipilih karena memiliki efisiensi yang tinggi dan lebih ramah lingkungan.