Bisnis.com, SHANGHAI — Manajemen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berkomitmen menurunkan harga listrik ke tingkat lebih rendah apabila harga energi primer bisa dikendalikan.
Komitmen untuk menurunkan tarif tersebut sebenarnya sudah dimulai dalam dua tahun terakhir ketika harga batu bara bergerak naik hingga 45%.
“Asal harga energi primer bisa dikendalikan. Saat harga cenderung naik, kami melakukan sejumlah efisiensi termasuk mengalihkan pembangkit listrik tenaga diesel ke batu bara,” tutur Sofyan di depan para rektor, akademisi, dan pimpinan media massa di Hotel, Peninsula, Shanghai, Rabu malam (6/12/2017).
Menurutnya, langkah mengganti pembangkit listrik tenaga diesel dengan sumber energi lain telah membuat PLN hemat hingga Rp28 triliun. Namun, risiko ketidakpastian biaya masih mengintai terutama karena kenaikan harga batu bara.
Sofyan mengatakan kenaikan harga batu bara tahun ini telah menambah biaya PLN hingga Rp14 triliun. Pada saat yang sama harga komoditas ini belum masuk ke dalam komponen penyesuaian tarif listrik secara otomatis.
Dengan situasi seperti inipun, PLN masih sanggup untuk tidak menaikkan tarif listrik dalam 2 tahun terakhir. Sofyan yakin dengan upaya efisiensi operasional maupun renegosiasi pembelian listrik dari swasta, manajemen bisa menjual listrik lebih rendah dari sekarang.
Baca Juga
“Kami punya mimpi kelak bisa melayani listrik industri dengan harga Rp900 dari Rp997 saat ini,” tutur Sofyan.
Anggota Dewan Energi Nasional Tumiran mengatakan upaya mendapatkan energi murah dapat ditempuh PLN melalui pengembangan teknologi pembangkit listrik. Hal ini terbukti dengan teknologi ultra super critical yang ternyata mengonsumsi batu bara lebih rendah.
“Hanya dengan 289 gram untuk 1 Kwh, saya kira sebuah inovasi bagus. Tapi yang juga tak kalah penting adalah bagaimana agar teknologi ini bisa dikembangkan di dalam negeri,” tutur Tumiran.