Bisnis.com, NINGBO, China — Manajemen PLN mengungkapkan Pembangkit Listrik Jawa 7 akan menjadi produsen listrik independen paling efisien sekaligus harga jual paling murah yang dibeli perusahaan pelat merah tersebut.
Dirut PLN Sofyan Basir mengatakan dibandingkan dengan pembangkit kapasitas sejenis, listrik PLTU Jawa 7 dibeli 4,3 sen per kwh. “Ini lebih rendah satu sen dari pembangkit listrik lain,” tutur Sofyan saat mengunjungi Ninghai Power Plant, di Ningbo, China, Rabu (6/12/2017).
Ninghai merupakan pembangkit listrik yang dibangun oleh China Senhua Energy Company dengan kapasitas 4 x 600 MW dan 2 x 1.000 MW. PLTU Jawa 7 akan menggunakan teknologi serupa dengan pembangkit listrik yang berjarak 4 jam perjalanan mobil dari Kota Shanghai tersebut.
Sofyan menggambarkan, untuk PLTU dengan kapasitas 1.000 MW, setiap 1 sen harga yang lebih murah, akan menciptakan penghematan Rp1,8 trililun. “Dengan masa kontrak jual beli 25 tahun PLN hemat Rp45 triliun. Jawa 7 punya kapasitas 2 x 1.000 MW berarti biaya yang dihemat bisa Rp90 triliun,” kata Sofyan.
Di Indonesia beberapa pembangkit sejenis diantaranya PLTU Tanjung Jati dan PLTU Batang. Listrik PLTU Tangjung Jati dibeli PLN seharga 5,5 sen per Kwh dan Batang seharga 5,3 sen per Kwh.
Li Wei, General Manager Shenhua Guohua Electric Power Company —unit usaha yang mengendalikan pembangkit listrik China Shenhua Energy— mengatakan untuk setiap Kwh listrik yang diproduksi, Jawa 7 hanya perlu batubara 287 gram. “Ini lebih efisien 2 gram dibandingkan dengan Ninghai Power Plant. Ini karena teknologinya lebih maju.”
Saat ini, tuturnya, Shenhua juga melakukan transfer teknologi dengan melatih 35 pegawai indonesia Pembangkit Taishan selama setahun sebelum Jawa 7 beroperasi. “Jumlah itu akan terus ditambah karena kami memerlukan operator hingg 200 orang.”
Saat ini, konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jawa 7 sudah mencapai 41% dan direncanakan beroperasi pada September 2019, tiga bulan lebih cepat dari rencana.
Direktur Pengadaan Strategis PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Supangkat Iwan Santoso mengatakan konstruksi berlangsung lebih cepat dari perkiraan dengan biaya yang efisien.
Pembangkit listrik Jawa 7 dibangun dengan skema pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP) oleh konsorsium China Shenhua Energy Company Limited dan anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara yaitu PT Pembangkit Jawa Bali.
Senhua mempunyai kepemilikan saham sebesar 70% bersama PJB dengan kepemilikan saham 30%. Senhua membentuk Special Purpose Company dengan nama PT Shenhua Guohua Pembangkitan Jawa Bali (PT SGPJB).
Proyek ini telah mendapatkan dana dari China Development Bank untuk pembangunan pembangkit tersebut. Semula, investasi yang diperlukan untuk membangun proyek diperkirakan mencapai US$2miliar.
Namun, Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi F. Roekman mengatakan investasi PLTU Jawa 7 bisa dihemat menjadi US$1,8 miliar. Menurutnya, efisiensi tersebut menjadikan pembangkit tersebut sebagai pembangkit termurah dibandingkan sejenisnya di Indonesia.
Bagi PLN, tutur Syofvi, harga pembelian listrik dari PLTU Jawa 7 merupakan yang termurah. “Kami bisa dapat 4,3 sen per KWH. Padahal proyek ini tanpa garansi pemerintah. Ini menunjukkan betapa efisiennya.”
PLTU Jawa 7 yang berlokasi di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten merupakan bagian proyek 35.000 MW.
Yuan Zhongju, Business Development Manager Representative Indonesia Senhua Electric mengatakan PLTU Jawa 7 akan bisa dioperasikan pada September 2019. “Pada tahap pertama akan beroperasi unit 1 dengan kapasitas 1.000 MW. Unit 2 kami perkirakan pada 2020,” tutur Yuan.
Menurut Iwan, kebutuhan batu bara 8 juta ton per tahun akan dipasok oleh lebih dari satu perusahaan. “Itu agar kita mendapatkan harga yang kompetitif dan kepastian pasokan.”
Sejumlah perusahaan tambang saat ini tengah mengikuti proses lelang pengadaan. Sumber Bisnis menyebutkan, PT Adaro Energy Tbk dan PT Kaltim Prima Coal, adalah dua perusahaan yang ikut serta.
Teknologi yang digunakan pada PLTU Jawa 7 adalah ultra super critical boiler sebagai teknologi baru di bidang pembangkitan yang berbahan bakar batubara kalori rendah (4.000 – 4.600 kkal/kg AR). Jenis pembangkit ini dipilih karena memiliki efisiensi yang tinggi dan lebih ramah lingkungan.