Bisnis.com, JAKARTA — PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) akan terus melakukan pembenahan dengan menetapkan standardisasi pelayanan, terutama di bidang peti kemas, dengan mempersiapkan fasilitas dan peralatan yang memadai. Salah satunya dengan menyiapkan investasi untuk belanja peralatan sekitar Rp2,42 trilliun.
Presiden Direktur Pelindo III Ari Askhara mengatakan saat ini Pelindo III telah menyiapkan 41 unit Container Crane (CC), 28 unit Harbour Mobile Crane (HMC), dan 75 Rubber Tyred Gantry (RTG).
“Dengan kekuatan alat produksi yang dimiliki saat ini, Pelindo III terus berupaya untuk memberikan layanan yang cepat dan aman bagi pengguna jasa. Ke depannya produktivitas dan peremajaan alat akan terus dilakukan,” paparnya dalam siaran pers, Senin (20/11/2017).
Selain itu secara bertahap hingga 2020 akan dilakukan penambahan 15 unit CC, 10 HMC dan 20 unit RTG baru dengan nilai invetasi sekitar Rp2,42 trilliun (US$179 juta).
“Disamping untuk menekan biaya maintenance, pembelian alat baru ditujukan untuk meningkatkan reabilitas dan availability diatas angka 90% yang artinya alat beroperasi dalam kondisi “sehat” dan siap bekerja,” lanjut Ari.
Pelindo III juga meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antarpelabuhan, termasuk dengan pelabuhan di luar wilayah kerjanya. Salah satunya adalah melalui pola windows system.
Dengan pola tersebut, pengguna jasa mempunyai kepastian kapalnya akan bersandar dan mendapatkan pelayanan bongkar muat tanpa adanya waktu tunggu kapal (zero waiting time), di samping produktivitas bongkar muat yang diberikan oleh Pelindo III semakin meningkat.
Dengan tidak adanya waktu tunggu kapal dan tingginya produktivitas bongkar muat mempercepat waktu kegiatan kapal di pelabuhan sehingga biaya operasional kapal akan semakin berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan biaya logistik (nasional).
Stenven H. Lesawengan selaku Ketua DPC INSA Surabaya mengungkapkan bahwa lima tahun yang lalu, Pelindo III mengklaim untuk mencapai kinerja box crane per hour 25 boks/jam sangat sulit, namun saat ini sudah mencapai 30 an lebih boks/jam.
“Bahkan dengan kehadiran Terminal teluk Lamong bisa mencapai 40 boks/jam, itu sudah sangat sesuai dengan keinginan kami [pengguna jasa],” tegasnya.
Lebih lanjut, Stenven menyampaikan perbaikan yang dilakukan Pelindo III tidak hanya perbaikan fisik atau infrastruktur, tetapi juga perbaikan nonfisik seperti peningkatan nilai-nilai integritas dalam bekerja melalui no tipping pelayanan pandu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hengky Pratoko selaku Ketua DPW ALFI/ILFA Provinsi Jawa Timur yang menyampaikan saat ini Pelindo III sudah melakukan banyak perbaikan dalam standarisasi pelayanan.
Hengky memberikan masukan perlu dikembangkannya integrasi sistem dan informasi dengan instansi terkait.
“Seperti dengan Balai Karantina dan Bea Cukai terkait pelayanan impor diharapkan tersedia Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) untuk memangkas waktu proses pemeriksaan petikemas, seperti halnya yang sudah diterapkan di TPK Semarang. Selain itu, perlu adanya penyeragaman pelaksanaan Verified Gross Mass (VGM) untuk meningkatkan safety operasional,” ujarnya.