Bisnis.com, Nusa Dua, Badung - Total belanja infrastruktur global diperkirakan mencapai US$3,3 triliun per tahun. Namun, pemenuhan dana diprediksi baru mencapai US$2,5 triliun.
"Jadi ada selisih kebutuhan dana global sekitar US$800 miliar setiap tahun," ujar Bandar M. H. Hajjar, President Islamic Development Bank (IDB), Jumat (10/4) dalam acara The 3rd Islamic Development Bank (IDB) Member Countries Sovereign Investment Forum di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (10/4/2017).
Menurutnya pemangku kepentingan memiliki tanggung jawab dalam pengembangan infrastruktur dan pendidikan bagi generasi selanjutnya. Pasalnya, seiring dengan meningkatnya populasi, jumlah kebutuhan sarana dan prasarana semakin bertambah.
Dia mencontohkan, anggota IDB yang terdiri dari 32 negara memiliki peningkatan demografi muslim usia 23 tahun sejumlah 1,5 miliar-1,6 miliar orang.
Selain itu, kebutuhan pembangunan kota cerdas kian mendesak. Sekitar 60% penduduk global diperkirakan akan menempatiwilayah perkotaan dalam 30 tahun mendatang.
Baca Juga
Sejak berdiri pada tahun 1975, IDB telah mengucurkan dana bagi pembangunan di negara-negara Asia dan Afrika. Sampai akhir 2016, sejumlah proyek pembangunan yang didanai bernilai US$127,3 miliar. Dari jumlah itu, pembiayaan untuk sektor infrastruktur sekitar 53,3%, sektor pertanian 10,7%, dan sektor pendidikan dan kesehatan 9,3%.
Bandar mengungkapkan, negara anggota IDB masih kekurangan dana pembangunan sebesar US$200 miliar-US$220 miliar setiap tahunnya. Untuk mengatasi tantangan tersebut, IDB bekerja sama perusahaan swasta, pemerintah, dan lembaga multilateral lainnya.
Saat ini, jumlah SWF (Sovereign Wealth Fund) mencapai 78 negara, dengan total aset sejumlah US$7,4 triliun. Dari jumlah itu, kepemilikan aset 32 negara anggota IDB mencapai US$3,3 triliun.
Bandar juga mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang bertekad melakukan reformasi struktural dan reformasi fiskal. "Faktor ini sangat menjanjikan untuk membuka potensi ekonomi Indonesia yang tumbuh di atas 5% dalam 5 tahun terakhir" tuturnya.
Dia menambahkan, perekonomian Indonesia berpeluang semakin membaik seiring dengan peningkatan belanja infrastruktur.