Bisnis.com, JAKARTA - Prysmian Group mencadangkan €300 juta untuk ekspansi usaha di Indonesia setelah menghabiskan Rp1,7 triliun untuk menggandakan kapasitas pabrik kabel di Cikampek.
Direktur PT Prysmian Cables Indonesia , Rudy Roosbinardy, mengatakan pertumbuhan pasar produk peralatan listrik membuat Prysmian Group tertarik untuk memperluas bisnis mereka di Indonesia.
Perusahaan asal Italia tersebut, jelasnya, mencadangkan dana €300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun untuk diinvestasikan di Tanah Air. Cadangan modal rencananya akan digunakan untuk memperluas bisnis perusahaan ke sektor terkait industri kabel.
Namun, Rudy mengaku Prysmian belum memiliki rencana yang ekspansi yang spesifik. Beberapa sektor industri yang dipertimbangkan adalah pabrik alumunium atau kawat tembaga.
Dia berharap Kementerian Perindustrian bisa menginformasikan arah kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri listrik sebagai panduan bagi rencana ekspansi Prysmian di Indonesia.
“Kami siapkan dana €300 juta untuk apa yang ke depan bisa kita investasikan di Indonesia. Ini karena pabrik di Eropa sudah selesai, seluruh dunia 97 pabrik Prysmian juga sudah pas. Pertumbuhan di Indonesia masih dianggap bagus,” kata Rudy usai bertemu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Jumat (17/3/2017).
Rudy mengatakan rencana investasi Prysmian adalah kelanjutan dari ekspansi kapasitas produksi pabrik kabel perseroan. Prysmian Cables Indonesia tengah merealisasikan investasi senilai Rp1,7 triliun untuk membangun lini produksi kabel baru di Kawasan Industri Indotaisei di Cikampek, Jawa Barat.
Proses pemasangan mesin dan pembangunan lini baru ditargetkan selesai pada November tahun ini. Pengoperasian lini produksi tambahan akan meningkatkan kapasitas produksi terpasang dari 1.400 ton per bulan menjadi 2.800 ton per bulan.
Rudy memaparkan peningkatan kapasitas menambah kekuatan perusahaan bersaing dalam memenuhi permintaan produk kabel tegangan menengah di Indonesia.
Prysmian saat ini menyediakan kabel tegangan rendah, kabel tengangan menengah, kabel tegangan tinggi, hingga kabel serat optik bagi PT PLN (Persero), penyedia listrik swasta, dan perusahaan penyedia jasa jaringan telekomunikasi.
Sekitar 60% dari volume produksi kabel perusahaan dijual di pasar ekspor. Rudy mengklaim seluruh kebutuhan kabel perusahaan listrik di Australia dan Brunei dipasok oleh pabrik Prysmian di Indonesia.
Permintaan yang tinggi dari pasar dalam dan luar negeri, lanjutnya, mendorong penjualan perusahaan naik tumbuh sekitar 17% setiap tahun.
“Target penjualan kami tahun ini sekitar €150 juta. Saya setiap tahun merencanakan pertumbuhan 17%. Biasanya lebih dari itu. Lebih baik lewat target, daripada target tidak tercapai,” kata Rudy.
Ketua Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail sebelumnya mengatakan tahun ini ada 5—6 perusahaan produsen kabel yang meningkatkan kapasitas produksi.
Perusahaan-perusahaan tersebut meningkatkan kapasitas untuk bersiap memasok kebutuhan komponen pembangkit listrik dan proyek transmisi yang bergulir untuk memenuhi ambisi proyek 35.000 MW pemerintah.
Aktivitas pembelian mesin dan peralatan penunjang produksi oleh perusahaan-perusahaan produsen listrik turut mendongkrak nilai impor mesin dan peralatan listrik pada awal 2017.
“Banyak yang ekspansi. Mereka mulai pasang mesin dan perlatan untuk proyek 35.000 MW. Saya kira akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan,” kata Noval.