Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Surimi Tolak Rencana Impor Bahan Baku

Sejumlah produsen daging ikan lumat alias surimi menolak rencana pemerintah membuka impor bahan baku sebagai solusi kelangkaan di dalam negeri pascapelarangan cantrang. Dari segi harga, bahan baku impor lebih mahal.
Ilustrasi./Antara-Ampelsa
Ilustrasi./Antara-Ampelsa

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah produsen daging ikan lumat alias surimi menolak rencana pemerintah membuka impor bahan baku sebagai solusi kelangkaan di dalam negeri pascapelarangan cantrang. Dari segi harga, bahan baku impor lebih mahal.

Direktur PT Holi Mina Jaya Tanto Hermawan menyebutkan harga ikan bahan baku surimi di beberapa negara, seperti Malaysia, India, dan Pakistan sekitar US$0,7-US$1 per kg.

Ditambah ongkos proses (pembekuan) US$0,15 per kg dan ongkos angkut (freight) US$0,1 per kg, harga bahan baku bisa Rp9.975-Rp16.625 per kg (kurs Rp13.300 per dolar AS). Padahal, harga bahan baku lokal Rp5.000-Rp8.000 per kg.

"Setelah keluarkan ongkos proses, freight, kami harus mengeluarkan biaya lagi untuk produksi. Lalu, mau dijual berapa? Kita kalah saing. Opsi impor tidak mungkin kami ambil," katanya, Rabu (1/2/2017).

Holi Mina merupakan produsen surimi di Rembang, Jawa Tengah, dengan kapasitas produksi 150 ton ikan per hari yang menghasilkan 40 ton surimi dan 30 ton ikan beku per hari. Seluruh hasil produksi selama ini diekspor ke Asia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.

Sejak sebulan terakhir, perusahaan dalam negeri yang sudah menanamkan modal Rp150 miliar itu setop berproduksi karena tidak ada bahan baku setelah pemerintah melarang nelayan menangkap ikan menggunakan cantrang. Praktis, 800 buruh harian dan 400 pekerja borongan tidak bekerja.

Industri surimi selama ini mengandalkan pemenuhan bahan baku dari hasil tangkapan kapal cantrang. Bahan baku surimi a.l. berupa ikan kurisi, kuniran, swangi, kapasan, bloso, gulamah, dan mata goyang. Surimi pada gilirannya akan diolah menjadi pempek, otak-otak, siomay, dan kerupuk.

PT Kelola Mina Laut (KML) juga tidak akan mengimpor, setidaknya dalam enam bulan ke depan sembari melihat program pendampingan penggantian alat tangkap ikan yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk nelayan cantrang.

Direktur Operasional PT KML Zainul Wasik memperkirakan harga surimi ekspor bisa mencapai US$3 per kg jika diolah dari bahan baku impor. Harga itu jelas tidak kompetitif dibandingkan dengan harga surimi di negeri lain.

"Apa laku di luar negeri? Kita bisa saja produksi, tapi tidak bisa jual," katanya.

Zainul pun menyoroti rencana impor yang mungkin bertentangan dengan regulasi di Indonesia. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 74/Permen-KP/2016 menyebutkan impor harus memperhatikan hasil perikanan yang tidak ada di Indonesia. Padahal, ikan bahan baku surimi ada di Tanah Air.

PT KML mengoperasikan pabrik surimi di Tuban, Jawa Timur, dengan volume produksi 6.000 ton per tahun dengan nilai penjualan US$16 juta per tahun. Sebanyak 70% hasil produksi diekspor, sedangkan sisanya dipakai oleh beberapa perusahaan afiliasi yang mengolah surimi. Namun sejak bulan lalu, pabrik tidak beroperasi.

Keberatan terhadap rencana impor sebelumnya juga diungkapkan PT Indo Seafood, produsen surimi di Rembang. Menurut Direktur PT Indo Seafood Darwan, mengimpor bahan baku tidak memungkinkan dari segi perhitungan bisnis. Beban biaya transportasi menggunakan kontainer pendingin Rp2.000-Rp2.500 per kg akan membuat margin yang diperoleh tipis.

"Mengolah satu kontainer ikan impor sama dengan mengolah empat kontainer ikan lokal," kata Darwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper